Kamis, 04 Maret 2021

Puisi-Puisi Aprinus Salam

MONOLOG PUISI
 
Sebuah puisi bertengger di sebuah ayunan.
 
“Jika kau menulis tentang kong guan, di mana batas diriku
atau tentang teknik menambal ban, di mana pinggiran yang kau
maksud, atau kadang kau berbicara tentang celana, gudeg, humor
humor hambar yang kau tertawakan, di mana kau sembunyikan diriku.”
 
Menoleh ke kiri dan ke belakang. Berayun gamang.
 
“Sambil bercengkrama di hutan, kau bermain dengan kata-kata,
memasang angka-angka, dari barat hingga timur, dari kardoba hingga
slemania, filsafat kau kunyah seperti kerupuk. Lidahmu tak pernah
kelu, selalu saja ada yang salah.”
 
“Entahlah. Kalian hanya merasa, bersanding di jalan yang terhubung
entah ke mana, berpikir ada jembatan terbuka di depan.”
 
“Aku lahir dari rahim yang penuh, seperti mutiara yang tak sudah,
membakar kedunguan, ke ujung fantasi yang belum terbahasakan.
Aku moksa bersama kata-katamu. Kini, aku sendirian di benak kepalamu.”
 
Ayunan terhenti. Sunyi menyergap.
 
 
 
KRONOLOGI CINTA KITA
 
Dari awan turun ke jalan, demikianlah moyang bersabda, hari-hari
tergugah dengan perasaan-perasaan yang tak diakui. Yang kubutuhkan hanya tatapan matamu.
 
Aku pun bernyanyi sambil mandi, sembari membayangkan apakah kamu juga bersenandung buatku, dengan suara riang, bergelombang hingga ufuk.
 
Tidurku tak nyenyak, kerinduan itu terguling lepas. “Sedang ngapain engkau di sana?” Dalam mimpi, aku melihat sebuah cincin, bercahaya, menyilau.
 
Gejolak itu terus bergulir, bayang-bayang yang selalu mengikuti, dan pertanyaan yang tidak pernah terjawab. “Apakah engkau bersetia?” Jarak itu pun tertutup. Keraguan telah tuntas terbuka.
 
Tapi baiklah, ada juga saat-saat kita bersenda-gurau, dari mana datangnya air mata, hati cemburu, cinta monyet, sambil menikmati desahan berburu. “Aku suka kenakalanmu.”
 
Entah jendela mana yang engkau buka, tapi sepoy angin menerpa tubuh hingga gairah itu terus membesar. Wajah kita membuncah, genangan rayuan yang tertimbun lemak membuat kita tidak lincah.
 
Kini, anak kita telah besar. Warna rumah pelan-pelan mengelupas. Sosok pudarnya telah menjadi saksi, ada yang selalu bersama di antara kepasrahan.  Detik terus menggelinding.
 
 
 
MORFOLOGI KETIDAKADILAN
 
Di sudut kepalamu, kau sembunyikan timbangan dan jam tangan. Sudah berkarat katamu sambil mencuil potongan-potongan keju. Kopimu ikut terdiam di meja. Matahari dan pohon-pohon tak berdaya dengan akal-akalanmu itu.
 
“Tuhan kita berbeda. Kita tidak boleh saling membenci. Ini soal hak,” ujarmu sambil membuang ingus.
 
Kemudian, dengan mulut berbusa, kita berbicara tentang demokrasi, rokok, hukum, dan singkong, sambil kakimu bergoyang-goyang mengikuti irama dangdut yang terdengar dari kejauhan. Katamu kau tidak suka jazz. Sayang, seleraku terlalu buruk untuk memahami pernyataanmu.
 
“Aku suka beli barang-barang unik”, katamu lagi. Maka kau beli kurikulum, sepatu, cangkir, dan sejumlah lukisan. Juga rencana-rencana. Barang-barang itu bertumpuk rantak di gudang. Berharap debu dan kegelapan membantu melupakan.
 
Ketika kau membeli bensin, kau protes karena menurutmu terlalu mahal, sambil kau bercerita bahwa kau baru saja membeli BMW berwarna oranye. “Aku memang kolektor mobil”, katamu sambil mengeluh harga sembako terus membubung.
 
Di sebelah rumahmu, seorang anak sibuk mengumpulkan barang-barang bekas. Dia menemukan timbangan yang kau sembunyikan. Angka-angkanya tidak terbaca, tertutup lumut dan berbau.
 
Sambil berjalan goyah, si anak berpikir, apakah timbangan itu akan dikilo, atau ia kembalikan. Pelan-pelan, ia melangkah ke rumahmu.
 
 
 
MORFOLOGI ANAK KESAYANGAN
 
Dimulai dari Tuhan, yang melepas ikhlas, terbang mengarungi
sudut-sudut hati yang entah di mana batasnya. Dari kejauhan, kulihat bangunan yang tak lagi utuh, di rumah itulah aku berlabuh
 
Sambil membersihkan puing-puing, kutata rasa yang berlapis, dari air dan tanah, bercampur haru yang terus merindu. Foto-fotomu aku pasang di dinding
 
Di situlah aku menatapmu , memeluk engkau tumbuh, membesar seperti tubuhku, serta sayup-sayup wajah yang telah aku kenal ribuan tahun
 
Di kala sunyi, di kala matahari dan bulan merangkul, dan hari-hari yang berjalan tanpa nama,  kunyanyikan lagu-lagu, berharap menjadi mantra pengasih yang meyelimuti cantikmu
 
Selalu saja aku ingin menambahkan, dengan pelukan-pelukan cemas, sambil mencium punggungmu yang semakin kokoh, sambil terbayang dalam ingatan, bagaimana kau mengeja kata-kata, hingga celotehmu berarak rapi, tersusun bersama angan-angan
 
“Mainanmu masih aku simpan.”
 
Kini, aku tak kuat lagi menggendongmu, kapanpun engkau siap menari, bersama awan. Bawalah diriku bersamamu.
***

Dr. Aprinus Salam, M. Hum., Sastrawan kelahiran Riau, 7 April 1965. Dosen FIB UGM, Kepala Pusat Studi Kebudayaan UGM sejak 2013, Anggota Senat Akademik UGM 2012-2016, Konsultan Ahli Dinas Kebudayaan DIY (2013-2016). Pendidikan S1, Bahasa dan Sastra Indonesia FIB UGM (Lulus 1992), S2 Program Studi Sastra Pasca Sarjana UGM (Lulus 2002, salah satu wisudawan terbaik), S3 Program Studi Sastra (Program Studi Ilmu-Ilmu Humaniora, Pascasarjana FIB UGM, lulus 2010). http://sastra-indonesia.com/2021/02/puisi-puisi-aprinus-salam-2/

Tidak ada komentar:

A. Mustofa Bisri A'yat Khalili Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Wachid B.S. Abi N. Bayan Abidah El Khalieqy Acep Syahril Acep Zamzam Noor Adi Toha Adrian Balu AF Denar Daniar Afrizal Malna Agus Manaji Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Maltuf Syamsury Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Ala Roa Aldika Restu Pramuli Alfatihatus Sholihatunnisa Alfiyan Harfi Ali Makhmud Ali Subhan Amelia Rachman Amie Williams Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Andry Deblenk Anggie Melianna Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Aprinus Salam Ariandalu S Arieyoko Ksmb Arya Winanda As Adi Muhammad Asep Sambodja Atrap S. Munir Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Badaruddin Amir Bakdi Sumanto Bambang Darto Bambang Kempling Bambang Widiatmoko Beni Setia Beno Siang Pamungkas Bernando J. Sudjibto Bernard S. Y. Batubara Binhad Nurrohmat Budhi Setyawan Budi Palopo Bustan Basir Maras Chairul Abhsar Chavchay Saifullah Cut Nanda A. D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Afriady Dadang Ari Murtono Daisy Priyanti Daysi Priyanti Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Desti Fatin Fauziyyah Dewi Kartika Dharmadi Diah Budiana Diah Hadaning Dian Hartati Didik Komaidi Dimas Arika Mihardja Djoko Saryono Dody Kristianto Dorothea Rosa Herliany Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Edy Lyrisacra Effendi Danata Eimond Esya Eka Budianta Eko Hendri Saiful Eko Nuryono El Sahra Mahendra Ellie R. Noer Elly Trisnawati Emha Ainun Nadjib Endang Supriadi Endang Susanti Rustamadji Eny Rose Eppril Wulaningtyas R Esha Tegar Putra Esti Nuryani Kasam Etik Widya Evi Idawati Evi Melyati Evi Sefiani Evi Sukaesih Fadhila Ramadhona Fahmi Faqih Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fatimah Wahyu Sundari Fauzi Absal Felix K. Nesi Fikri MS Fina Sato Firman Wally Fitrah Anugerah Frischa Aswarini Gampang Prawoto Ghaffur Al-Faqqih Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Gunawan Maryanto Gunoto Saparie Gus tf Sakai Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hari Leo Haris del Hakim Hasan Al Banna Hasan Aspahani Hasta Indriyana Helga Worotitjan Heri Latief Heri Listianto Heri Maja Kelana Herlinatiens Hudan Hidayat Hudan Nur Ibnu Wahyudi Ikarisma Kusmalina Ike Ayuwandari Ilenk Rembulan Imam S Arizal Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Budi Santoso Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indrian Koto Isbedy Stiawan ZS Iwan Gunadi Javed Paul Syatha Jibna Sudiryo Johan Khoirul Zaman Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Saputro Jufri Zaituna Jusuf AN Kadek Wara Urwasi Kadjie Bitheng MM Kartika Kusworatri Kedung Darma Romansha Kika Syafii Kirana Kejora Kirdjomuljo Kurnia Effendi Kurniawan Junaedhie Kurniawan Yunianto Kusprihyanto Namma Kuswaidi Syafi’ie L.K. Ara Lailatul Muniroh Landung Rusyanto Simatupang Lela Siti Nurlaila Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Linus Suryadi AG Liza Wahyuninto Lubis Grafura Lutfi Mardiansyah M. Badrus Alwi M. Faizi Maghfur Munif Maghie Oktavia Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maman S. Mahayana Maqhia Nisima Marcellus Nur Basah Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marwanto Mas Marco Kartodikromo Mashuri Mathori A. Elwa Matroni el-Moezany Maya Mustika K. Mega Vristian Miftahul Abrori Mohammad Yamin Muhammad Ali Fakih Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muntamah Cendani Mustiar AR Mustofa W Hasyim Mutia Sukma Nadjib Kartapati Z Nanang Suryadi Nezar Patria Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Noor Sam Nunung S. Sutrisno Nur Iswantara Nur Lodzi Hady Nur Wahida Idris Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Pariyo Adi Pringadi AS Pringgo HR Puisi-Puisi Indonesia Purwadmadi Admadipurwa Puspita Rose Putri Sarinande R. Toto Sugiharto Rachmat Djoko Pradopo Raedu Basha Ragil Suwarno Pragolapati Rakai Lukman Rama Prabu Ramadhan KH Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Ribut Wijoto Rikard Diku Robin Al Kautsar Rozi Kembara Rudi Hartono Rusydi Zamzami S Yoga Sahaya Santayana Saiful Bakri Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Selendang Sulaiman Seli Desmiarti Sigit Sugito Sihar Ramses Simatupang Siska Afriani Sitok Srengenge Sitor Situmorang Slamet Rahardjo Rais Slamet Widodo Sosiawan Leak Sreismitha Wungkul Sri Harjanto Sahid Sri Jayantini Sri Setya Rahayu Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sumargono SN Suminto A. Sayuti Sunardi KS Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Sutirman Eka Ardhana Syifa Aulia Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Ranusastra Asmara Teguh Triaton Tengsoe Tjahjono Tharie Rietha Thowaf Zuharon Timur Sinar Suprabana Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto TS Pinang Ulfatin Ch Umbu landu Paranggi Unieq Awien Usman Arrumy W. Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Hidayat Wahyu Subuh Warih Wisatsana Wayan Sunarta Weni Suryandari Widi Astuti Wiji Thukul Winarni R. Y. Wibowo Yonathan Rahardjo Yosi M Giri Yudhi Herwibowo Yudhiono Aprianto Yurnaldi Yusri Fajar Yusuf Suharto Yuswan Taufiq Yuswinardi Zaenal Faudin Zainal Arifin Thoha Zamroni Allief Billah Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae