Senin, 30 November 2020

Puisi-Puisi Rikard Diku

TUHAN KEDINGINAN DI KAPEL SUCI
 
di kapela suci suatu Minggu pagi
Tuhan seorang diri yang merasa dingin
sementara para murid dan Farisi berdiri di sekeliling
meja perjamuan
dengan jubah menyentuh jubin, menyapu debu dan menyisir angin
tangan-tangan yang luka oleh merah api
menyalakkan madah di atas altar untuk menyembelih anak domba
doa-doa yang kuyup dipanggang matahari
dari atas salib Tuhan menghangatkan hari-hari
usai ekaristi keluarlah kita dari kapela membawa tubuh
menabuh lonceg kecil di kepala, mengingat-ingat ayat yang menyala di dada
 
: ketika aku telanjang kamu tidak memberi aku pakaian
 
(2020)
 
 
 
TANDA TANYA KETIKA HUJAN
 
nyanyian hujan terdengar di kamar
kalender sedang menangisi tanggal-tanggal yang jatuh
 di bulan November
takdir yang cerkas mengintip lewat celah jendela
seorang wanita pulang bersama malam yang jatuh
tanpa sepotong bulan bersama air mata dan lubang di dada
ia membawa mimpi-mimpi yang roboh
setelah hujan seperti jutaan anak panah
menghujam kepala yang menyimpan tuhan dan tanda tanya
 
(2020)
 
 
 
KIPAS ANGIN
 
waktu berputar dalam lempengan kipas angin
dingin menjatuhkan banyak henyak dengan serentak
hukum adalah tubuhmu yang kapas
dikipas oleh angin ke sana ke mari
sesuka hati
 
(2020)
 
 
 
DI HARI PERMANDIAN
 
setelah ibu dan wanita-wanita lain menyemburkan sirih pinang
berwarna merah seperti darah anak domba ke tubuhmu
yang masih belajar bagaimana cara menangis dalam sebuah ritual
beberapa hari kemudian pada suatu pagi
di hari minggu kedua dalam bulan Februari
dengan air berkat lewat tangan-tangan yang diurapi
minyak paling suci dari bukit zaitun yang melebihi narwastu
yang dibawa pelacur dalam alkitab untuk mencuci kaki Tuhan di rumah Simon
kau dibaptis di bawah kaki altar sebuah kapela
seekor merpati tiba-tiba hinggap di bahu
lidah-lidah api bernyala di dada
seorang pastor menenggelamkan tubuhmu dalam tempayan berisi air sebanyak tiga kali
seperti banyaknya penyangkalan Petrus pada suatu subuh sebelum jago berkokok
di dalam tempayan, dunia tercipta dari airmatamu yang turun dari taman Eden
Tuhan sedang meniup-niup angin di puncak ubun-ubun
ketika kami menyerukkan amin dan kata-kata yang keluar dari mulut pastor
menyukakan hati para malaikat dan penghuni surga
 
In nomine patris et filii et spiritus sancti
 
(2020)
 
 
 
MEMORIA
 
Telah kau tanam mawar merah di dadaku yang bungah
usai musim menggugurkan bulir-bulir embun
dan merahasiakan tumbuhnya sepi
duri-duri mawar pernah menancap bayangan di bawah telapak kaki
sebelum menguncup mekar luka yang merah dan benci marah
sementara kelopak terbuka seperti ngap-ngap mulut ikan kecil di air
yang mengalir sepanjang sungai matamu dan membanjiri puisiku
 
Telah kau tanam ingatan yang rimbun
ketika garis-garis gerimis jatuh di jendela
pada suatu waktu yang pergi dan lupa kembali
berderai-derai kenangan yang luruh di kening
 
Telah kau patahkan setangkai mawar dari kepala Maryam
di sebuah kapela, tempat aku melangitkan doa untukmu
kemudian jarak kian lama untuk merawat detak di dada
dan kita melafalkan kangen melawan angin yang ingin menghapus pertemuan
 
Setangkai mawar adalah janji-janji
wangi dupa menguar menuju langit
duri mengintai-intai urat nadi untuk mengalamatkan sakit
seperti mencintai, kau harus menikam belati ke dalam hati sendiri
 
berkali-kali.
 
(2020)
 
 
 
COMPLETORIUM
 
Malam sudah jatuh di atap kapela
Keduabelas rasul bergegas megusir lebah dalam kepala
 
Doa dan mazmur dari Daud bersahutan menghantar hari ke pembaringan
Malaikat-malaikat siap berjaga melapangkan jalan bagi mimpi
 
Seperti menyudahi kegaduhan di sepanjang pagi hingga petang
Mengatup mata malam adalah ziarah tak sudah-sudah menuju tubuh
 
Sebelum ada kidung paling nyaring dari Daud mengiring kecemasanmu
Lalu kau terbiasa memeluk dirimu sendiri
 
: di tepi sungai Babel aku duduk sambil menangis
 
(Ledalero, 2020)
 
 
 
MEMBACA SUNYI DARI JENDELA
 
Tak ada yang lebih jujur dari daun jendela membahasakan sunyi
dari empat penjuru mata angin :
Timur, awal kau menenun hidup dan melitanikan doa-doa pada bibir pagi
yang basah.
Selatan, menghitung tangkai-tangkai waktu yang patah dan ikhlas menerima
musim-musim yang penuh dengan genangan hujan dari langit mata.
Utara, ketika pada dingin waktu kau mengingini balutan hangat
berupa selimut puisi dan kuucapkan selamat puasa untuk harapmu yang keras kepala
biar angan adalah setiap ingin yang akan kau perjuangkan.
Barat, adalah amin dari setiap doa-doa yang kaudaraskan di setiap musim
adalah akhir dari petualangan tanpa jeda, tempat senja datang lalu pulang
dan kau akan menunggu kapan waktu menjemput.
Di jendela, mata kaca dan mata kata mencatat dengan jujur
bahwa semuanya ada dan menjadi tiada setelah bayang-bayang malam
mengatup kelopak matamu.
 
(Ledalero, 2019)
 
 
 
MEMBACA CUACA
 
adalah angin menggelepar di atas kertas
deras hujan kemudian menggenangi kenangan
kangen tiba-tiba tumbuh di dada
doa-doa kecil semesta menjelma kita
 
Ledalero, 2020
 
 
 
REQUEM
 
sepasang kaki yang berjalan sepanjang hari
kini berhenti seperti daun jati yang terkulai
di halaman rumah tempat kau pagi-pagi menyapa matahari
dan menyapu gugur daun-daun setelah tanggal dihempas angin
dari dahan-dahan musim
museum tubuh yang menyimpan ingatan tinggal kata-kata
kita akan ceritakan dari mulut ke mulut sebelum maut benar-benar
menjemput di palang pintu lalu malaikat-malaikat pulang dengan terompet
di tangan meniup-niup requem sedang pada langit-langit mata kita
ada nyanyian hujan yang lebat memperlambat langkah awan
sebelum kembali pecah seperti embun di jendela
 
(2020)
 
 
 
NUBUAT
 
seorang ibu membacakan sajak kepada anak-anaknya
bulan menggelinding di pucuk-pucuk cemara
asmara antara malam, puisi dan bulan menjadikan cerita penuh romansa
di kepala anak-anak hidup pohon yang daunnya rindang serta dahan penuh cabang
kelak sebelum tidur di ranjang yang tak bisa kau peluk dengan leluasa
mata malam akan mengatup matamu dan mataku mengalirkan puisi sepanjang mimpi
menggenapi nubuat para penyair tentang akhir sebuah takdir
 
Ledalero, 2020

Rikard Diku, lahir 7 Februari 1999, mahasiswa STFK Ledalero, Maumere-NTT. Beberapa cerpen dan puisinya tersiar di koran, media daring, dan dibukukan dalam beberapa antologi. http://sastra-indonesia.com/2020/11/puisi-puisi-rikard-diku/

Tidak ada komentar:

A. Mustofa Bisri A'yat Khalili Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Wachid B.S. Abi N. Bayan Abidah El Khalieqy Acep Syahril Acep Zamzam Noor Adi Toha Adrian Balu AF Denar Daniar Afrizal Malna Agus Manaji Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Maltuf Syamsury Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Ala Roa Aldika Restu Pramuli Alfatihatus Sholihatunnisa Alfiyan Harfi Ali Makhmud Ali Subhan Amelia Rachman Amie Williams Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Andry Deblenk Anggie Melianna Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Aprinus Salam Ariandalu S Arieyoko Ksmb Arya Winanda As Adi Muhammad Asep Sambodja Atrap S. Munir Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Badaruddin Amir Bakdi Sumanto Bambang Darto Bambang Kempling Bambang Widiatmoko Beni Setia Beno Siang Pamungkas Bernando J. Sudjibto Bernard S. Y. Batubara Binhad Nurrohmat Budhi Setyawan Budi Palopo Bustan Basir Maras Chairul Abhsar Chavchay Saifullah Cut Nanda A. D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Afriady Dadang Ari Murtono Daisy Priyanti Daysi Priyanti Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Desti Fatin Fauziyyah Dewi Kartika Dharmadi Diah Budiana Diah Hadaning Dian Hartati Didik Komaidi Dimas Arika Mihardja Djoko Saryono Dody Kristianto Dorothea Rosa Herliany Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Edy Lyrisacra Effendi Danata Eimond Esya Eka Budianta Eko Hendri Saiful Eko Nuryono El Sahra Mahendra Ellie R. Noer Elly Trisnawati Emha Ainun Nadjib Endang Supriadi Endang Susanti Rustamadji Eny Rose Eppril Wulaningtyas R Esha Tegar Putra Esti Nuryani Kasam Etik Widya Evi Idawati Evi Melyati Evi Sefiani Evi Sukaesih Fadhila Ramadhona Fahmi Faqih Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fatimah Wahyu Sundari Fauzi Absal Felix K. Nesi Fikri MS Fina Sato Firman Wally Fitrah Anugerah Frischa Aswarini Gampang Prawoto Ghaffur Al-Faqqih Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Gunawan Maryanto Gunoto Saparie Gus tf Sakai Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hari Leo Haris del Hakim Hasan Al Banna Hasan Aspahani Hasta Indriyana Helga Worotitjan Heri Latief Heri Listianto Heri Maja Kelana Herlinatiens Hudan Hidayat Hudan Nur Ibnu Wahyudi Ikarisma Kusmalina Ike Ayuwandari Ilenk Rembulan Imam S Arizal Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Budi Santoso Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indrian Koto Isbedy Stiawan ZS Iwan Gunadi Javed Paul Syatha Jibna Sudiryo Johan Khoirul Zaman Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Saputro Jufri Zaituna Jusuf AN Kadek Wara Urwasi Kadjie Bitheng MM Kartika Kusworatri Kedung Darma Romansha Kika Syafii Kirana Kejora Kirdjomuljo Kurnia Effendi Kurniawan Junaedhie Kurniawan Yunianto Kusprihyanto Namma Kuswaidi Syafi’ie L.K. Ara Lailatul Muniroh Landung Rusyanto Simatupang Lela Siti Nurlaila Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Linus Suryadi AG Liza Wahyuninto Lubis Grafura Lutfi Mardiansyah M. Badrus Alwi M. Faizi Maghfur Munif Maghie Oktavia Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maman S. Mahayana Maqhia Nisima Marcellus Nur Basah Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marwanto Mas Marco Kartodikromo Mashuri Mathori A. Elwa Matroni el-Moezany Maya Mustika K. Mega Vristian Miftahul Abrori Mohammad Yamin Muhammad Ali Fakih Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muntamah Cendani Mustiar AR Mustofa W Hasyim Mutia Sukma Nadjib Kartapati Z Nanang Suryadi Nezar Patria Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Noor Sam Nunung S. Sutrisno Nur Iswantara Nur Lodzi Hady Nur Wahida Idris Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Pariyo Adi Pringadi AS Pringgo HR Puisi-Puisi Indonesia Purwadmadi Admadipurwa Puspita Rose Putri Sarinande R. Toto Sugiharto Rachmat Djoko Pradopo Raedu Basha Ragil Suwarno Pragolapati Rakai Lukman Rama Prabu Ramadhan KH Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Ribut Wijoto Rikard Diku Robin Al Kautsar Rozi Kembara Rudi Hartono Rusydi Zamzami S Yoga Sahaya Santayana Saiful Bakri Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Selendang Sulaiman Seli Desmiarti Sigit Sugito Sihar Ramses Simatupang Siska Afriani Sitok Srengenge Sitor Situmorang Slamet Rahardjo Rais Slamet Widodo Sosiawan Leak Sreismitha Wungkul Sri Harjanto Sahid Sri Jayantini Sri Setya Rahayu Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sumargono SN Suminto A. Sayuti Sunardi KS Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Sutirman Eka Ardhana Syifa Aulia Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Ranusastra Asmara Teguh Triaton Tengsoe Tjahjono Tharie Rietha Thowaf Zuharon Timur Sinar Suprabana Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto TS Pinang Ulfatin Ch Umbu landu Paranggi Unieq Awien Usman Arrumy W. Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Hidayat Wahyu Subuh Warih Wisatsana Wayan Sunarta Weni Suryandari Widi Astuti Wiji Thukul Winarni R. Y. Wibowo Yonathan Rahardjo Yosi M Giri Yudhi Herwibowo Yudhiono Aprianto Yurnaldi Yusri Fajar Yusuf Suharto Yuswan Taufiq Yuswinardi Zaenal Faudin Zainal Arifin Thoha Zamroni Allief Billah Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae