Kompas, 8 Sep 2018
Di Bawah Bayang-bayang Jokpin
Aku dan bayang-bayang berjanji
Untuk tidak saling membayangi
Pada malam pekat aku berlari cepat
Menyeberangi mimpi ke tepi pagi
Bernaung bayang-bayang gedung
Kunanti matahari melewati jalusi
Aku dan bayang-bayang akan bersulang
Mencari waktu untuk saling menghilang
Saat matahari mencapai titik kulminasi
Aku menari-nari tanpa mengangkat kaki
Bayanganku kecewa ditipu arah cahaya
Kusembunyikan di bawah telapak kaki
Bayang-bayang pun menghampiri petang
Sejak itu aku tak lagi bisa dipandang orang
Jakarta, 2018
Testamen Afrizal, Secangkir yang Lalu
Pagi meledak sebelum pukul dua. Pagi yang kutunggu sejak halaman pertama. Sebuah lagu lama terlunta. Kusebut nama ibu dengan bibir membeku. Jauh aku dibawa kelu, radio yang menyiarkan almarhum biduan tanpa lagu baru.
Kuraba Rabu, secangkir yang lalu. Kegelisahan kusimpan dalam cermin waktu, tumbuh seperti kuping terwelu. Bau kopi melucuti pagi yang melangkah telanjang dengan bom sebelum pukul dua. Tidak ada yang bunuh diri seperti yang sering kualami.
Kutulis Kamis sebagai testamen. Ibu adalah pewaris tunggal kecemasanku. Risau yang memilih hari libur tanpa matahari. Di sebuah toserba kucari makanan kaleng dan banyak minuman. Hari-hari akan menyenangkan sebelum menemukan kematian.
Di kamar dingin penuh debu, secangkir yang lalu. Aku menjadi piatu dalam berita koran maya. Kuingat seseorang membakar testamen. Kuterbitkan pesan sebelum pagi lantak. Kesempatan kutunggu di laci Ibu. Rumah batu yang ditemani tumpukan abu. Di luar rencana, aku sudah jadi piatu. Sekali lagi sebuah lagu lama dari almarhum biduan, giat menumbuhkan pagi baru.
Jakarta, 2018
Kehilangan Mantra Sutardji
Mantra yang mengucap dirinya, di luar
lidah dan geligimu:
Tak ada lagi batas antara tanah dan
air, kata dan syair, pisau dan luka, jerit
dan darah, cakar dan kucing, cinta dan
berahi, pemuda dan telur, amuk dan kapak!
Blues yang terlepas dari harmonika,
mencari-cari improvisasi.
Gairah tauhid mengalirkan listrik pada
tubuhmu. Alifbata membubung melampaui
sumber hujan. Alifbata menggali kubur
hingga ke titik hancur. Alifbata memasang
perangkap di gua-gua keramat. Dari aorta:
darah dan doa terus menyembur.
O, mantra merapal dirinya, menghapus
seluruh permohonan. Mengeja dari kanan ke kiri.
Dan satu demi satu huruf gugur
Jakarta, 2018
Makan Malam Bersama GM
Pada pokok malam, hanya pokok malam
Menu diantar sepasang peri
Di tilam oval tampak daging memar
Ditabur irisan seledri
Denting pisau dan garpu kami, serupa
bunyi pedang pada sebuah laga anggar
Waktu – sesuai konvensi – perlahan melebar
Di celah itu: alunan piano menawarkan komposisi
Di sini, hanya terjadi di sini
Kastanya tampak menyala, meminjam
kilau tembaga. Wajah yang memerah
bagai menyimpan hangat sekam
Asmara yang senantiasa tertunda
Mari menghitung sisa hari
Sebelum perang saudara terjadi
Hati sudah hangus di sana-sini, tak mempan
dibasuh anggur dari botol gelap ini
Jakarta, 2018
Agama Marhalim dalam Kitab Zaini
Percayakan saja peristiwa pada waktu.
Biarkan iman yang mengatur tingkah laku.
Burung berciap saat kelelawar pulang ke dahan.
Tubuh malam bersujud, ketika
raga siang menjadi petualang
Beri kesempatan sesajian melakukan
upacara: mengembuskan aroma cinta,
memanjakan lidah dan langit-langit,
merayakan keluasan lambung, dan
mengakhiri perjalanan dari lubang anus.
Tiga kali sehari, tak hanya kopi
dan gulai rempah wangi.
Membiarkan rantai kehidupan melingkar
tak henti-henti, adalah kewajiban.
Dia kumangsa, lalu kau memangsaku,
sebelum dikerkah sang maha-pemangsa.
Ritual harus kita lalui dengan takzim.
Dosa adalah memuja kecantikan tanpa
menjamahnya. Dosa adalah menghimpun
puisi tanpa membacakannya. Dosa adalah
menampung tragedi untuk diri sendiri.
Dosa adalah membiarkan separuh khuldi
membusuk di altar sunyi.
Beri anak-anakmu nama dengan
bahasa yang kaupahami. Seperti aku
memanggil anak-anakku dengan
diksi dan nubuat yang aku ciptakan.
Jakarta, 2018
Kepada Indriyana, Pemilik Hasta
Di piring sarapan pagi, ada aroma
telur yang ditumis dengan setengah api.
Sebetulnya, yang memberi manis kopi
adalah senyum sisa mimpi.
Apakah tanganmu yang mengolah
puisi dalam kuali ini?
Majas itu kemangi, ketumbar, dan
pecahan kemiri.
Malam ini mungkin tersaji jajanan
terang bulan. Kisah pisang dan daun
pandan. Sambil memperpanjang dolanan,
serabi dituangi gurih santan.
Tak usah begadang, ujar lentera
di jantung malam. Biarkan usus dan
pankreas istirah. Air bening mencuci
mulut dan kening, sebelum tidur hening.
Jakarta, 2018
Tegar nan Aluih
Seorang ayah mampu berpura-pura jadi gunung karang.
Membisu di tengah gosip ombak yang rambutnya
menampar-nampar seperti ujung cemeti.
Namun ia selalu kalah oleh kabar:
Dendang yang jauh dari tetabuhan berbaring
dalam demam. Panas meninggi melampaui
buih ampas pagi.
Jarak ditisik menjadi doa yang didaras siang dan malam.
Gugus hutan Bukit Barisan lepuh oleh alunan saluang.
Mantra yang melata mencari tikar di rumah gadang.
Sebelum tegak mendaki dengan kepak sayap burung balam.
Seorang ayah rela menghimpun dongeng pada
ceruk tangan yang gemetar. Sejauh ia mengembara,
jiwanya terikat pada manis sari buah yang ditanamnya.
“Aku akan pulang setiap engkau memanggilku, Nak.”
Sebab ia selalu galau oleh desau:
Lirih tajali dan ayat yang lolos dari surau.
Menghampiri kening gunung yang risau.
Jakarta, 2018
Mata Air Wisatsana
Sampailah kita di gerbang candi, sebelum waktu mati
Pada halaman batu merah kusam darah ini:
Setanggi di lingkar piring, sesaji telah mengering
Doa kita diraih tangan dewata dari celah awan
Bacalah puisi di sini dengan permainan bunyi, sepanjang pagi
Suaramu akan tergenang bagai sebuah upacara kuningan
Kepada siapa aku bertanya ketika jawaban tak tersedia?
Lupakan amsal yang tersisa di museum, ketika kepala
sebuah arca terpenggal dan tak mau lagi bercerita
Lupakan seluruh muasal, karena darinya kita hanya
mampu menyesal. Bukankah hidup selalu mendua?
Di kiri dan kanan terdapat ribuan pilihan
Kegelapan yang memiliki jalan atau terang
yang senantiasa menipu langkahmu
Membiarkan air membuncah tanpa ingin menadah,
semata dosa. Sebab kenangan tak mungkin ditulis ulang
Wahai sahaja yang mengendap pada dasar cangkir kopi
semalam, melahirkan banyak tera dan bayang
Di dinding-dinding perjalanan, di jejak-jejak pengembaraan
Seturut usia mencapai ambang petang, sebagaimana yang
dituturkan berkali kepada penghuni surga
Mengapa harus mencari ritus bila ingin jadi manusia kudus?
Relakan nujuman masa lalu menunaikan pesan
: Air terus mengalir dari mata yang tak lelah memecah rahasia
Bandung, 2018
Kurnia Effendi telah menerbitkan 22 buku, empat di antaranya kumpulan puisi: Kartunama Putih (1997), Mendaras Cahaya (2012), Senarai Persinggahan (2016), Hujan Kopi dan Ciuman (2017).
https://puisikompas.wordpress.com/2018/09/08/puisi-kurnia-effendi/
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A. Mustofa Bisri
A'yat Khalili
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Wachid B.S.
Abi N. Bayan
Abidah El Khalieqy
Acep Syahril
Acep Zamzam Noor
Adi Toha
Adrian Balu
AF Denar Daniar
Afrizal Malna
Agus Manaji
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunarto
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Maltuf Syamsury
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Akhiriyati Sundari
Akhmad Fatoni
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Ala Roa
Aldika Restu Pramuli
Alfatihatus Sholihatunnisa
Alfiyan Harfi
Ali Makhmud
Ali Subhan
Amelia Rachman
Amie Williams
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Andry Deblenk
Anggie Melianna
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anna Subekti
Aprinus Salam
Ariandalu S
Arieyoko Ksmb
Arya Winanda
As Adi Muhammad
Asep Sambodja
Atrap S. Munir
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Badaruddin Amir
Bakdi Sumanto
Bambang Darto
Bambang Kempling
Bambang Widiatmoko
Beni Setia
Beno Siang Pamungkas
Bernando J. Sudjibto
Bernard S. Y. Batubara
Binhad Nurrohmat
Budhi Setyawan
Budi Palopo
Bustan Basir Maras
Chairul Abhsar
Chavchay Saifullah
Cut Nanda A.
D. Zaini Ahmad
D. Zawawi Imron
Dadang Afriady
Dadang Ari Murtono
Daisy Priyanti
Daysi Priyanti
Dea Anugrah
Dea Ayu Ragilia
Dedy Tri Riyadi
Deni Jazuli
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Desti Fatin Fauziyyah
Dewi Kartika
Dharmadi
Diah Budiana
Diah Hadaning
Dian Hartati
Didik Komaidi
Dimas Arika Mihardja
Djoko Saryono
Dody Kristianto
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Pranoto
Dwi Rejeki
Dwi S. Wibowo
Edy Lyrisacra
Effendi Danata
Eimond Esya
Eka Budianta
Eko Hendri Saiful
Eko Nuryono
El Sahra Mahendra
Ellie R. Noer
Elly Trisnawati
Emha Ainun Nadjib
Endang Supriadi
Endang Susanti Rustamadji
Eny Rose
Eppril Wulaningtyas R
Esha Tegar Putra
Esti Nuryani Kasam
Etik Widya
Evi Idawati
Evi Melyati
Evi Sefiani
Evi Sukaesih
Fadhila Ramadhona
Fahmi Faqih
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fanny Chotimah
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fati Soewandi
Fatimah Wahyu Sundari
Fauzi Absal
Felix K. Nesi
Fikri MS
Fina Sato
Firman Wally
Fitrah Anugerah
Frischa Aswarini
Gampang Prawoto
Ghaffur Al-Faqqih
Gita Nuari
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Gunawan Maryanto
Gunoto Saparie
Gus tf Sakai
Halimi Zuhdy
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hari Leo
Haris del Hakim
Hasan Al Banna
Hasan Aspahani
Hasta Indriyana
Helga Worotitjan
Heri Latief
Heri Listianto
Heri Maja Kelana
Herlinatiens
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Ibnu Wahyudi
Ikarisma Kusmalina
Ike Ayuwandari
Ilenk Rembulan
Imam S Arizal
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Iman Budi Santoso
Imron Tohari
Indah Darmastuti
Indiar Manggara
Indra Tjahyadi
Indrian Koto
Isbedy Stiawan ZS
Iwan Gunadi
Javed Paul Syatha
Jibna Sudiryo
Johan Khoirul Zaman
Johannes Sugianto
Joko Pinurbo
Joko Saputro
Jufri Zaituna
Jusuf AN
Kadek Wara Urwasi
Kadjie Bitheng MM
Kartika Kusworatri
Kedung Darma Romansha
Kika Syafii
Kirana Kejora
Kirdjomuljo
Kurnia Effendi
Kurniawan Junaedhie
Kurniawan Yunianto
Kusprihyanto Namma
Kuswaidi Syafi’ie
L.K. Ara
Lailatul Muniroh
Landung Rusyanto Simatupang
Lela Siti Nurlaila
Liestyo Ambarwati Khohar
Lina Kelana
Linda Sarmili
Linus Suryadi AG
Liza Wahyuninto
Lubis Grafura
Lutfi Mardiansyah
M. Badrus Alwi
M. Faizi
Maghfur Munif
Maghie Oktavia
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Maman S. Mahayana
Maqhia Nisima
Marcellus Nur Basah
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Mario F. Lawi
Marwanto
Mas Marco Kartodikromo
Mashuri
Mathori A. Elwa
Matroni el-Moezany
Maya Mustika K.
Mega Vristian
Miftahul Abrori
Mohammad Yamin
Muhammad Ali Fakih
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muntamah Cendani
Mustiar AR
Mustofa W Hasyim
Mutia Sukma
Nadjib Kartapati Z
Nanang Suryadi
Nezar Patria
Ni Made Purnama Sari
Ni Made Purnamasari
Ni Putu Destriani Devi
Noor Sam
Nunung S. Sutrisno
Nur Iswantara
Nur Lodzi Hady
Nur Wahida Idris
Nurel Javissyarqi
Nurul Komariyah
Nyoman Tusthi Eddy
Nyoman Wirata
Pariyo Adi
Pringadi AS
Pringgo HR
Puisi-Puisi Indonesia
Purwadmadi Admadipurwa
Puspita Rose
Putri Sarinande
R. Toto Sugiharto
Rachmat Djoko Pradopo
Raedu Basha
Ragil Suwarno Pragolapati
Rakai Lukman
Rama Prabu
Ramadhan KH
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Ribut Wijoto
Rikard Diku
Robin Al Kautsar
Rozi Kembara
Rudi Hartono
Rusydi Zamzami
S Yoga
Sahaya Santayana
Saiful Bakri
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Selendang Sulaiman
Seli Desmiarti
Sigit Sugito
Sihar Ramses Simatupang
Siska Afriani
Sitok Srengenge
Sitor Situmorang
Slamet Rahardjo Rais
Slamet Widodo
Sosiawan Leak
Sreismitha Wungkul
Sri Harjanto Sahid
Sri Jayantini
Sri Setya Rahayu
Sri Wintala Achmad
Suci Ayu Latifah
Sumargono SN
Suminto A. Sayuti
Sunardi KS
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryanto Sastroatmodjo
Sutirman Eka Ardhana
Syifa Aulia
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Triaton
Tengsoe Tjahjono
Tharie Rietha
Thowaf Zuharon
Timur Sinar Suprabana
Tita Maria Kanita
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
TS Pinang
Ulfatin Ch
Umbu landu Paranggi
Unieq Awien
Usman Arrumy
W. Haryanto
W. Herlya Winna
W.S. Rendra
Wahyu Hidayat
Wahyu Subuh
Warih Wisatsana
Wayan Sunarta
Weni Suryandari
Widi Astuti
Wiji Thukul
Winarni R.
Y. Wibowo
Yonathan Rahardjo
Yosi M Giri
Yudhi Herwibowo
Yudhiono Aprianto
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Yuswan Taufiq
Yuswinardi
Zaenal Faudin
Zainal Arifin Thoha
Zamroni Allief Billah
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar