Rabu, 16 September 2009

Puisi-Puisi Dharmadi

http://www.kompas.com/
KATA

ia sadar benar tentang sajaknya
yang belum juga berpuisi

diketuknya pintu demi pintu waktu
dicarinya kata yang selalu merayu
dalam angannya buat sajaknya nanti

khayalnya selalu buyar
ditumbuk pikuk dunia

rindunya tak pernah mati

dengan raga merana rasa terlunta
sambil bersenandung lagu hati dicarinya
kata yang selalu merayu angannya

dicatatnya segala;

yang dirasa
yang dibaca
yang diraba

kata tak juga mewujud puisi
dalam sajaknya

oh, angkasa raya bumi yang
fana, di mana kau sembunyikan
kataNya?

dibersihkan gairah sukmanya dari
limbah hari; didakinya bukit demi
bukit malam, ditelentangkan ruh
ketika terdaki puncaknya;

di batas sadar serasa mimpi
tiba-tiba di relung dadanya tumbuh
satu kata, ”Gusti”.

2008



IBU YANG KITAB
IBU YANG ZAT

-1-
dengan mata angan dibacanya dari
paragraf ke paragraf ibunya yang
kitab babad

tak sekata sekalimat terlewat

telah dihabiskan beribu pagina dan
bab tak tamat-tamat

sesaat dihelanya nafas;

“ibu, engkau kitab babad penuh misteri dan
tafsir riwayat; seakan kau bawa aku melayari
lautan sepi kapal, menembus rimba tak bertuan,
berkunjung ke kota-kota yang tak lagi bertanda,
menyelinap ke lorong-lorong tak bercahaya,
mendaki gunung mencari puncaknya dalam gelap”.

sesaat dilepasnya nafas;

jemari hatinya membuka
pagina berikutnya.

-2-
kini dengan lidah rasa dicecap-
cecap ibunya yang zat

sesaat dihelanya nafas;

“ibu, engkau zat dari segala anasir zat”;

lidah rasanya mencecap-cecap nikmat
ibunya yang zat, ditelannya liur, naik turun jakun
kelelakiannya.

tak ada lagi ingatan tentang bapaknya yang
telah menghilang sebelum ia sempat
merekam lengkap rupanya dalam memori

-3-
dengan misteri tafsir riwayat dan
rasa zat ibu dalam sadar suratan
mimpinya terus bertualang ke ruang-
ruang yang gelap yang senyap
yang gegap yang berkilap.

2008



SALIB NASIB

dipanggulnya salib nasib di
pundak kesetiaan;

sadar dengan tetesan darah
kepercayaan tak berpaling haluan;
dibacanya segala wajah dicarinya
bahasa manusia yang sejati pada mata,
bibir, dahi, pipi, dalam beribu gerak dan warna

aura

memutih
memutih

dalam api

diri

2008



MENITI TANGGA

dicobanya kembali untuk menghitung-hitung
berapa anak tangga yang telah dititi;

ia ingat, waktu itu, sejak di bilangan anak tangga yang ke sekian
tak lagi menghitung anak tangga selanjutnya yang telah menanti
untuk dititi, sampai saat titiannya sampai di sini, kini;
“mungkin sudah sekian”, ia mencoba meraba-raba angka.
“ah, mungkin sudah lebih, atau malah kurang?”, perasaannya
dipermainkan oleh keraguannya sendiri;
“tak mungkin balik lagi hanya untuk mulai menghitung kembali”.

diredakan rasa penasarannya; “akh, untuk apa mesti mengingat-
ingat angka, kalau akhirnya semua anak tangga mesti dititi”.

ditolehnya anak tangga yang telah dititi;
dilihatnya jejaknya tinggal sendiri dalam sepi.
pandangnya jauh ke sana, ke sisa anak tangga yang
menanti untuk dititi, berselimut sepi.

“sepi dan sepi”, hatinya bicara sendiri.

ia pun sadar, perjalanan ini perjalanan kesepian
yang telah dimulai sejak awal meniti;
sepi dan sepi yang terus menjadi-jadi sampai di
akhir titiannya nanti, untuk menghuni ruang sepi yang
paling sepi..

2008



RUPA DAN KATA

dari putih rupa dan kataNya
mengalir madu rasa

2008



DALAM BAYANG POHON WAKTU

berjalan dalam bayang
pohon waktu
memanjang di
liku laku

meremang sajakku;

kucari di mana putih
hayatnya tersembunyi.

demi kesejatian ucap, meski
dengan mata berkaca-kaca merasakan
perihnya, sepenuh rasa kukuliti selaput
gelap sajakku; kusayat timbunan lemak kata-
katanya, kutetak jaringan liar hurufnya, agar
terbuka remang tafsirnya.

bacalah dalam tafsirmu

2008



BAHASA IMPIAN

dalam samar waktu
disisirnya kabut laku

ia dengar gema kidung

sekejap kau menubuh
luput dari jerat mata
ia lupa pada apa yang
mesti diucap

kelopak khayalnya rekah
seakan ia dalam bayang
putih tubuhmu

bayangmu dalam bahasa impian
disempurnakan dengan tanda baca
dirapalnya dengan gairah rasa.

2008



TUBUH SAJAK

ditatapnya dari segenap kiblat tubuh sajaknya sehabis
dirias dengan bermacam aksesoris diksi yang dibeli di
pasar bumi.
“ternyata modis juga tubuh sajakku”,
pujinya, sambil mengulum senyum;
”sedikit narsis juga aku”.

dengan tetap hati dilepas tubuh sajaknya ke
pentas-pentas untuk menari bersama
tubuh-tubuh sajak terkini.

“mana tubuh sajakku, tubuh sajakku?”
tiba-tiba ia melaung; asing dengan tubuh
sajaknya sendiri, yang terlena menari dengan
aksesoris diksi dan gerak nyaris tak beda
dengan tubuh sajak lainnya.

ada yang tak ada lagi dalam tubuh sajaknya,

-budi diri-

tubuh sajaknya kembali dirias dengan aksesoris
yang tak riuh diksi, yang dicipta dari daya
imajinasinya sendiri;

“tak apa, meski nampak naïf dan tak lagi trendi”.

meruap bahagianya, tubuh sajaknya telah
kembali pada jiwanya sendiri;

tetap menari dalam
tarian rumi.

2008



SEIA SEKATA

serasa habis tidur beratus tahun dalam
mimpi panjang pepak dongeng purwa
ketika tiba-tiba ada yang membangunkan
kesadarannya.

‘kenapa sampai di sini,
mesti di sini, dan kini;

ini negeri apa dan siapa penghuni
ini negeri?’

tak ada petanda, suaranya
memantul kembali

tetap sendiri dan senyap semata

seperti ada yang dicari ketika ada yang
diingatnya kembali; serasa pernah seia sekata, tapi
alpa dengan siapa, juga tentang waktu dan
tempatnya, selain dari putih rupa dan katanya
mengalir madu rasa.

entah memetik dari mana, angin menyelinapkan
suara suluk dan antawacana dalang, bunyi keprak dan
gamelan, pesinden nembang, ke dalam rongga
telinga menggema di barak raganya

tak kenal jeda.

di panggung mana drama
wayang itu dipentaskan?

ia jadi blingsatan, anak-anak wayang mewujud
bayangan hitam imaji dengan laku ucap yang
tak lagi bisa ditengarai; mana satria mana raksasa,

siapa bibit-kawit mereka?

dilihatnya tubuh sendiri, ia pun nanap;
‘kenapa jadi legam begini?’
digalinya sumur ingatan, tak henti-henti,
mencari yang dulu pernah seia sekata, yang
berputih rupa dan kata, tak putus-putus melelehkan
madu rasa.

2008



TEKA-TEKI SILANG

ditatapnya petak-petak kosong tubuhnya,
‘dari mana mengawalinya?’
dengan petunjuk angka dan arah ia mesti
mengisinya, menuliskan jawab dari sekian tanya.

ia masih mencari-cari di kelompok arah mendatar,
dipungutnya satu tanya, di tulisnya jawab dari paru ke
jantung, dari angka satu ke lima: udara.
dipungutnya lagi tanya, dicoba ditulisnya di petak-petak
kosong tubuhnya; berganti-ganti arah dan angka
abjad-abjad membentuk jejaring, berkelindan dalam
urat darah, saling membangun jawab, hingga lengkap dan
sempurna mengisi petak-petak kosong tubuhnya.

belum juga rahasiamu terbuka.

2008



MALAM KEHILANGAN JALAN

malam berselonjor di trotoar
kehilangan jalan, ke mana lagi
mesti menjemput bulan

seakan mati jam

kota semakin membara dalam
nyala api birahi

bulan pingsan di pematang yang
kehilangan kerlip kunang
sawah dalam genangan kesedihan
yang mengalir dari dada orang-
orang bertelanjang

ada yang menelikung
nasib-Nya.

malam berselonjor di trotoar
bulan pingsan di pematang
tak ada lagi kerlip kunang
sawah dalam genangan
kesedihan

berjuta orang telanjang

2008



L U M P U R

tanah air melebur
membubur melumpur
menggusur mengubur

kau basuh tangan

lumpur melulur kalbumu
dalam laku homo economicus

2009

Tidak ada komentar:

A. Mustofa Bisri A'yat Khalili Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Wachid B.S. Abi N. Bayan Abidah El Khalieqy Acep Syahril Acep Zamzam Noor Adi Toha Adrian Balu AF Denar Daniar Afrizal Malna Agus Manaji Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Maltuf Syamsury Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Ala Roa Aldika Restu Pramuli Alfatihatus Sholihatunnisa Alfiyan Harfi Ali Makhmud Ali Subhan Amelia Rachman Amie Williams Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Andry Deblenk Anggie Melianna Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Aprinus Salam Ariandalu S Arieyoko Ksmb Arya Winanda As Adi Muhammad Asep Sambodja Atrap S. Munir Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Badaruddin Amir Bakdi Sumanto Bambang Darto Bambang Kempling Bambang Widiatmoko Beni Setia Beno Siang Pamungkas Bernando J. Sudjibto Bernard S. Y. Batubara Binhad Nurrohmat Budhi Setyawan Budi Palopo Bustan Basir Maras Chairul Abhsar Chavchay Saifullah Cut Nanda A. D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Afriady Dadang Ari Murtono Daisy Priyanti Daysi Priyanti Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Desti Fatin Fauziyyah Dewi Kartika Dharmadi Diah Budiana Diah Hadaning Dian Hartati Didik Komaidi Dimas Arika Mihardja Djoko Saryono Dody Kristianto Dorothea Rosa Herliany Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Edy Lyrisacra Effendi Danata Eimond Esya Eka Budianta Eko Hendri Saiful Eko Nuryono El Sahra Mahendra Ellie R. Noer Elly Trisnawati Emha Ainun Nadjib Endang Supriadi Endang Susanti Rustamadji Eny Rose Eppril Wulaningtyas R Esha Tegar Putra Esti Nuryani Kasam Etik Widya Evi Idawati Evi Melyati Evi Sefiani Evi Sukaesih Fadhila Ramadhona Fahmi Faqih Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fatimah Wahyu Sundari Fauzi Absal Felix K. Nesi Fikri MS Fina Sato Firman Wally Fitrah Anugerah Frischa Aswarini Gampang Prawoto Ghaffur Al-Faqqih Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Gunawan Maryanto Gunoto Saparie Gus tf Sakai Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hari Leo Haris del Hakim Hasan Al Banna Hasan Aspahani Hasta Indriyana Helga Worotitjan Heri Latief Heri Listianto Heri Maja Kelana Herlinatiens Hudan Hidayat Hudan Nur Ibnu Wahyudi Ikarisma Kusmalina Ike Ayuwandari Ilenk Rembulan Imam S Arizal Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Budi Santoso Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indrian Koto Isbedy Stiawan ZS Iwan Gunadi Javed Paul Syatha Jibna Sudiryo Johan Khoirul Zaman Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Saputro Jufri Zaituna Jusuf AN Kadek Wara Urwasi Kadjie Bitheng MM Kartika Kusworatri Kedung Darma Romansha Kika Syafii Kirana Kejora Kirdjomuljo Kurnia Effendi Kurniawan Junaedhie Kurniawan Yunianto Kusprihyanto Namma Kuswaidi Syafi’ie L.K. Ara Lailatul Muniroh Landung Rusyanto Simatupang Lela Siti Nurlaila Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Linus Suryadi AG Liza Wahyuninto Lubis Grafura Lutfi Mardiansyah M. Badrus Alwi M. Faizi Maghfur Munif Maghie Oktavia Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maman S. Mahayana Maqhia Nisima Marcellus Nur Basah Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marwanto Mas Marco Kartodikromo Mashuri Mathori A. Elwa Matroni el-Moezany Maya Mustika K. Mega Vristian Miftahul Abrori Mohammad Yamin Muhammad Ali Fakih Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muntamah Cendani Mustiar AR Mustofa W Hasyim Mutia Sukma Nadjib Kartapati Z Nanang Suryadi Nezar Patria Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Noor Sam Nunung S. Sutrisno Nur Iswantara Nur Lodzi Hady Nur Wahida Idris Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Pariyo Adi Pringadi AS Pringgo HR Puisi-Puisi Indonesia Purwadmadi Admadipurwa Puspita Rose Putri Sarinande R. Toto Sugiharto Rachmat Djoko Pradopo Raedu Basha Ragil Suwarno Pragolapati Rakai Lukman Rama Prabu Ramadhan KH Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Ribut Wijoto Rikard Diku Robin Al Kautsar Rozi Kembara Rudi Hartono Rusydi Zamzami S Yoga Sahaya Santayana Saiful Bakri Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Selendang Sulaiman Seli Desmiarti Sigit Sugito Sihar Ramses Simatupang Siska Afriani Sitok Srengenge Sitor Situmorang Slamet Rahardjo Rais Slamet Widodo Sosiawan Leak Sreismitha Wungkul Sri Harjanto Sahid Sri Jayantini Sri Setya Rahayu Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sumargono SN Suminto A. Sayuti Sunardi KS Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Sutirman Eka Ardhana Syifa Aulia Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Ranusastra Asmara Teguh Triaton Tengsoe Tjahjono Tharie Rietha Thowaf Zuharon Timur Sinar Suprabana Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto TS Pinang Ulfatin Ch Umbu landu Paranggi Unieq Awien Usman Arrumy W. Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Hidayat Wahyu Subuh Warih Wisatsana Wayan Sunarta Weni Suryandari Widi Astuti Wiji Thukul Winarni R. Y. Wibowo Yonathan Rahardjo Yosi M Giri Yudhi Herwibowo Yudhiono Aprianto Yurnaldi Yusri Fajar Yusuf Suharto Yuswan Taufiq Yuswinardi Zaenal Faudin Zainal Arifin Thoha Zamroni Allief Billah Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae