Rabu, 16 September 2009

Puisi-Puisi Denny Mizhar

http://www.sastra-indonesia.com/
SISA PERTANYAAN AKAN KENANGAN

Bulan jingga setengah rentah
menyapa degub hati gelisa
hanyut dalam kesepian malam purna

Berserat-serat tarian dedaunan
memuja kelam
pada kejinggan dalam keterjagaan

Gegunungan memandang,
menunduk - berderet

Baris-baris lampu kota
hiasan mata memandang
Jauh lanskap petunjuk malam
pesona perbukitan, dimana kota menjadi kenangan

Seperti kemarin
dari jauh penuh harap
kau memandang

Kini ku dapati
kau menyelinap dibalik semak-semak, entah kemana?

harapan tertinggal sia
meranggas seperti jati di musim kemarau

kau pertanyakan perihal cinta, kepadaku?
mengejar
menyergap
terdesak
tertinggal keyakinan
tak mampu berkata-kata

Rembulan remang bercampur bintang
penghias malam serta petunjuk nelayan

Aku terperangkap dalam lembah-lembah, malam pekat
tak sadar lalu hilang,
bagai ashabul kaffi
mata terbuka dengan kebaruan

(Dimana ku temui percakapan panjang para filosof
tentang kebenaran cinta: sehabis aku tertidur didalamnya).

Malang, November 2008



MENGENALMU
;nt

Biarkan aku mengenalmu. Lewat tubuhmu dari ujung rambut hingga ujung lentik jemari kakimu. Belai panjang rambutmu temukan serpihan fikirmu, inspirasikan jalan terjal. kehidupan pengembala peradaban.

Kecup kening-cium bibirmu, temukan keindahan bahasa kemanusiaan lewat air liur yang menetes kendalikan nafsuku,
merajut nilai-nilai suci

Pelukkan tubuhmu mengajak pergi jauh temui lorong-lorong panjang kemunafikan, terhentikan seketika saat kenikmatan kuasai semu surga janjimu.

Dan kukenal pertikaian dari balik sikap tubuh acuh-bergumul, dengan laras senapan tak pernah berhenti menekan pelatuknya, ambisi kepuasan selaput tipis menurunkan derajatmu.

Kau mulai melepas sutra yang menempel ditubuh, membuat lupa siapa diriku? hatiku mati seketika bersama ledakan meriam-meriam tak pernah henti.

Harapku: kembalikan ranum bibir manis-bertabur senyum kemanusiaan, hentikan dangkal fikir-hidupkan luka hati

Mulai kenalkan kaki, langkah tegap menuju surga-surga tak berujung

Malang, 10 Januari 2008



KENANG PURNAMA

Pada malam purnama
Terbawa dalam satu asa
Bergelimpangan kesadaran

Terbang bersama ilusi
Temui gemintang berdegup kencang
Perjalanan seorang putri penjaga mimpi

Satu luka mengelupas dibawah bayangan bulan
Menginjak satu petanda zaman
Dua dinding hati membuka

Air tumpah
Di pelipis mata rindu
Lama tersimpan duka

Berjalan lambat
Mengikat pada satu langkah
Sakral tertumpah dalam peluk jiwa

Malang, Februarai 2009



DI PINTU MALAM

Terbuka sudah
Rahasia surga

Mengintip tanah tak rata
Kening menjadi saksi mata

Berduan larik sajak
Ketuk pintu ditiga baitnya

Malang, Februari 2009



MENJELANG PAGI

Seorang putri
Memamah payu darahnya
Terayu dahaga

Embun jatuh ditubuhnya
Tak sempat basah
Sudah tergugah

Bergeleparan mata terjaga
Berlarian rasa terjajah
Sembunyi di bilik dosa

Malang, Februari 2009



SEPEREMPAT MUSIM

Seperempat musim meretas nasib. Melahirkan aku yang kalah menyiasati waktu. Berlinangan darah mrembes ke dada, seketika berdegup kencang. Tanah-tanah tak lagi basah bahkan melebihinya. Ratusan mulut menganga: kedinginan tanpa tirai kehangatan.

Papan-papan kayu berlarian terus berputar. Serupa hantu tanpa waktu memenjarakan aku yang beranjak sembunyi?seakan tak mau tau. Kalimat suciku runtuh berlinangan air mata. Tak sanggup menahan haru.

Sedang segerombol orang menyelam tak sampai dasar tanah, lalu banyak bicara sembari tertawa tergelak-gelak tanpa pelatuk lucu. Aku kembali runtuh tak mampu mengadu. Di seperempat musim aku mati kutu.

Lamongan, Februari 2009



NYANYIAN PEZIARAH

Semburat aroma dupa
wewangian kembang tujuh rupa
masuk mata memicu mantra-mantra
do’a menjadi sedekah

Langit menangis
mukanya pekat-lebam
disertai teriakan petir
menjilat-jilat pepohonan
ranting patah
tanah-basah

Dalam ragu
orang-orang meminta keselamatan
menukar dengan dupa
kembang tujuh rupa

Langitpun tersenyum
dalam nada sakral para peziarah

petikkan melodi ingatan beku

kembang dupa mekar wangi
naiki langit
dinada akhir lagu merdu

Gunung Kawi, 3 Januari 2009



MERINDUMU
;kawan lama

Terkadang ada setumpuk rindu
dan lewat begitu saja.
(menyerangi nafas perjalanan)

Harapan adalah kesaksian akan masa depan
dan hanya beku di akal
hati pun enggan membakar.

Dulu-kini-esok
hanyalah waktu
berlagu merdu.

Berubahkah kalimat-kalimat suci itu
janji di ruang tunggu
menanti pintu-pintu
rumah: dimana kita berawal.
(saat-saat ingin bertemu).

Sesobek kesadaran menganga
dari kilatan pedang muasal rindu
beringsut dalam tanya; untuk apa?
(menatap wajahmu dengan ragu)

Malang, Februari 2009

Tidak ada komentar:

A. Mustofa Bisri A'yat Khalili Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Wachid B.S. Abi N. Bayan Abidah El Khalieqy Acep Syahril Acep Zamzam Noor Adi Toha Adrian Balu AF Denar Daniar Afrizal Malna Agus Manaji Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Maltuf Syamsury Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Ala Roa Aldika Restu Pramuli Alfatihatus Sholihatunnisa Alfiyan Harfi Ali Makhmud Ali Subhan Amelia Rachman Amie Williams Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Andry Deblenk Anggie Melianna Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Aprinus Salam Ariandalu S Arieyoko Ksmb Arya Winanda As Adi Muhammad Asep Sambodja Atrap S. Munir Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Badaruddin Amir Bakdi Sumanto Bambang Darto Bambang Kempling Bambang Widiatmoko Beni Setia Beno Siang Pamungkas Bernando J. Sudjibto Bernard S. Y. Batubara Binhad Nurrohmat Budhi Setyawan Budi Palopo Bustan Basir Maras Chairul Abhsar Chavchay Saifullah Cut Nanda A. D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Afriady Dadang Ari Murtono Daisy Priyanti Daysi Priyanti Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Desti Fatin Fauziyyah Dewi Kartika Dharmadi Diah Budiana Diah Hadaning Dian Hartati Didik Komaidi Dimas Arika Mihardja Djoko Saryono Dody Kristianto Dorothea Rosa Herliany Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Edy Lyrisacra Effendi Danata Eimond Esya Eka Budianta Eko Hendri Saiful Eko Nuryono El Sahra Mahendra Ellie R. Noer Elly Trisnawati Emha Ainun Nadjib Endang Supriadi Endang Susanti Rustamadji Eny Rose Eppril Wulaningtyas R Esha Tegar Putra Esti Nuryani Kasam Etik Widya Evi Idawati Evi Melyati Evi Sefiani Evi Sukaesih Fadhila Ramadhona Fahmi Faqih Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fatimah Wahyu Sundari Fauzi Absal Felix K. Nesi Fikri MS Fina Sato Firman Wally Fitrah Anugerah Frischa Aswarini Gampang Prawoto Ghaffur Al-Faqqih Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Gunawan Maryanto Gunoto Saparie Gus tf Sakai Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hari Leo Haris del Hakim Hasan Al Banna Hasan Aspahani Hasta Indriyana Helga Worotitjan Heri Latief Heri Listianto Heri Maja Kelana Herlinatiens Hudan Hidayat Hudan Nur Ibnu Wahyudi Ikarisma Kusmalina Ike Ayuwandari Ilenk Rembulan Imam S Arizal Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Budi Santoso Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indrian Koto Isbedy Stiawan ZS Iwan Gunadi Javed Paul Syatha Jibna Sudiryo Johan Khoirul Zaman Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Saputro Jufri Zaituna Jusuf AN Kadek Wara Urwasi Kadjie Bitheng MM Kartika Kusworatri Kedung Darma Romansha Kika Syafii Kirana Kejora Kirdjomuljo Kurnia Effendi Kurniawan Junaedhie Kurniawan Yunianto Kusprihyanto Namma Kuswaidi Syafi’ie L.K. Ara Lailatul Muniroh Landung Rusyanto Simatupang Lela Siti Nurlaila Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Linus Suryadi AG Liza Wahyuninto Lubis Grafura Lutfi Mardiansyah M. Badrus Alwi M. Faizi Maghfur Munif Maghie Oktavia Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maman S. Mahayana Maqhia Nisima Marcellus Nur Basah Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marwanto Mas Marco Kartodikromo Mashuri Mathori A. Elwa Matroni el-Moezany Maya Mustika K. Mega Vristian Miftahul Abrori Mohammad Yamin Muhammad Ali Fakih Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muntamah Cendani Mustiar AR Mustofa W Hasyim Mutia Sukma Nadjib Kartapati Z Nanang Suryadi Nezar Patria Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Noor Sam Nunung S. Sutrisno Nur Iswantara Nur Lodzi Hady Nur Wahida Idris Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Pariyo Adi Pringadi AS Pringgo HR Puisi-Puisi Indonesia Purwadmadi Admadipurwa Puspita Rose Putri Sarinande R. Toto Sugiharto Rachmat Djoko Pradopo Raedu Basha Ragil Suwarno Pragolapati Rakai Lukman Rama Prabu Ramadhan KH Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Ribut Wijoto Rikard Diku Robin Al Kautsar Rozi Kembara Rudi Hartono Rusydi Zamzami S Yoga Sahaya Santayana Saiful Bakri Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Selendang Sulaiman Seli Desmiarti Sigit Sugito Sihar Ramses Simatupang Siska Afriani Sitok Srengenge Sitor Situmorang Slamet Rahardjo Rais Slamet Widodo Sosiawan Leak Sreismitha Wungkul Sri Harjanto Sahid Sri Jayantini Sri Setya Rahayu Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sumargono SN Suminto A. Sayuti Sunardi KS Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Sutirman Eka Ardhana Syifa Aulia Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Ranusastra Asmara Teguh Triaton Tengsoe Tjahjono Tharie Rietha Thowaf Zuharon Timur Sinar Suprabana Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto TS Pinang Ulfatin Ch Umbu landu Paranggi Unieq Awien Usman Arrumy W. Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Hidayat Wahyu Subuh Warih Wisatsana Wayan Sunarta Weni Suryandari Widi Astuti Wiji Thukul Winarni R. Y. Wibowo Yonathan Rahardjo Yosi M Giri Yudhi Herwibowo Yudhiono Aprianto Yurnaldi Yusri Fajar Yusuf Suharto Yuswan Taufiq Yuswinardi Zaenal Faudin Zainal Arifin Thoha Zamroni Allief Billah Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae