Rabu, 22 Juli 2020

Puisi-Puisi Bustan Basir Maras

oase.kompas.com

Sujud Burung Camar

letih berkisar pada angin
pada lelah kepak sayap
berhari-hari terbang mengambang
mengejar ombak ke tepi nan sepi
hingga terbiar berbulir di pasir

aroma asin laut
dari pulau-pulau yang jauh
mengabarkan berita duka
ketika hujan merajam berkali
segala rasa ingin pergi
sujudkan cinta ke kedalaman laut dan karang

maka telah kutinggalkan
kota-kota yang riuh ramai
yang tak usai mendera diri dalam mimpi
kutuju hutan rimbun, dan juga
lautan teduh dan nyanyian angin,
setiap saat datang membisiki
bahwa aku harus kembali
sujudkan segala cinta
ke lubuk hati nan sepi

K.M. Kirana, 07



Annora Lelewali Al-Bustani

malam datang merajam hidupku
sayang, kau tiba, kau hadir, mengalir
menghanyutkan seluruh keluh dan kesahku
keluh yang hanya kaku bertahun-tahun.

sayang, akhirnya
segala rindu dendamku terhampar jua
hilang dalam desah rintih malam, merambat pergi,
perlahan mengurai lapis-lapis kegelapan
hingga lepas bebas segala beban hidupku
yang kian rapuh.

adakah ini dapat kucatatkan
dalam cawan-cawan hidupku lagi,
bangkit dari bayang-bayang diri
berlapis-lapis, hingga tak tahu lagi
beda antara rindu dan dendam,
antara tawa dan airmata.

Suryowijayan, 2008



Memandang Wajah Laut
: bagi Dewi

telah kita layarkan
perahu mungil ini, Dewi
kemarin. Sebelum fajar hening menyingsing
hingga ke batas hari yang kesekian

kita berlayar menuju samudera malam
mendayung hingga ke lautan teduh jiwa
mengejar ombak, memburu kesunyian
di wajah laut kita bercengkrama
seperti burung-burung camar: Terbang
searah gerak angin, setenang wajah laut

tapi Dewi, setiap kali kita berlayar
menuju samudera malam, hingga ke lautan teduh jiwa
kupandangi wajahmu dan wajah laut yang damai ini
kau ingatkan aku pada ibuku, yang letih dikumur peluh
:Wajah kekasihku yang telah lama
bersemayam dalam dada ini

Dewi, terus arahkan kemudi perahu ini
hingga ke batas tak terhingga
ke pantai tanpa rasa-resah dan prahara

Laut Jawa, 07



Pada Bola Matamu, Gadis Rembulan

Tak kutahu darimana datangmu
hai, gadis rembulan. Tiba-tiba saja,
di antara sesap senyap malam, kutemukan dirimu.
Pada bola matamu kulihat cinta
bermekaran bagai kupu-kupu kuning kemilau, menyeruak,
menyilaukan mata, mata hatiku. Oh, gadis rembulan
inikah lagi yang namanya cinta yang kau tuangkan
ke dalam cangkir dan gelas-gelas dahaga hidupku?
Uh?. tak kutahu mengapa aku jatuh lagi begini,
gadis rembulan dari mana datangmu, seketika saja
kau tikamkan cinta masa darah mebara
dan ingin kumiliki kau, meski hanya dalam jarak dan angka,
seperti katamu, meski kutahu lapis lampau sejarah hidupku,
menjauhkanku dari cintamu, tapi kan kutempuh, kan kurajam,
meski hanya sepi jua yang mewakiliku merasuk
hingga ke ranjang tidur dan jagamu.

Sayang, inilah kerapuhanku, hingga aku bertanya
:mungkinkah engkau ceceran tulang igaiku
yang berserak di surga dahulu dan kini tertambat padaku?
Datanglah sayang ! datanglah, kan kureguk cinta bersamamu.
Lihatlah, aku gila lagi, aku kanak lagi.

Solo-Jogja, 18 Mei 2008



Tersebab Ramadhan
: Bagi Husni Djamaluddin

Tersebab ramadhan
kuihlaskan kau pergi dari relung langit dan bumi.
Langkahmu pasti. Kutahu itu!
satu muaranya, kau haus rindu akan kekasih sejati.

Tersebab ramadhan
kudoakan kau selalu, lantaran kutahu pasti
kekasih sejatimu itu rindu kau
:lelaki pengagung siri? tanah Mandar
kau selalu setia pada garis rotasi-Nya,
agar kau rela dan direlakannya.

Tersebab ramadhan :kuulangi lagi kata-katamu itu:
"berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian"

:kau larutkan di bawah langit yang senyap, untuk kekasihmu.
Katakan itu ! itulah mantra dan janji setiamu.
Seperti kau mengatakan:
"Qalu balaa syahidna!"

28 Ramadhan 1415 H.



Di Surabaya

apa lagi yang dapat kucatat di sini
Surabaya: bertahun-tahun
mengendap dan tidur pulas
di dalam buku-buku harianku
dan pena, kian hari berkarat di sisinya

di Surabaya, panas mengulum hari-hari
jika ke Perak pasti dikumur udara liar
dan jika ke terminal Bungosari
kau pasti tersengat harum keringat
dan sesekali anyir darah

Surabaya! apa lagi yang dapat kucatat di sini
apalagi jika aku sakit-sakit begini
panas dingin merambati tubuh
sesekali ditimpuk batuk darah
dan aku kembali lagi terkapar di sini

Surabaya-Perak,07



Pucuk Mamasa

Inilah Mamasa
tanah yang selalu basah dan ramah
tanah Ulunna Salu: Awal meleburnya tanah Mandar
sebagaimana sungai-sungainya,
tanah ini melebur menuju laut
hingga terbiar berbulir di pasir.

Inilah Mamasa
gunung-gunung dikejar kabut
merendah hingga ke sawah rawa payah
mendendangkan lagu: Sengo-sengo
lantaran pipit dan burung jalak
bisa hidup berdampingan di sini,
tanpa harus berebut makan,
atau tersebab ini dan itu.

Inilah Mamasa
:anak kecil yang bermain di kali waktu
pipinya memerah dirajam cuaca
namun mereka tak butuh api,
apalagi hanya untuk mengobarkan dendam,
apalagi hanya untuk waktu yang tersia.

04-07



Tersebab Puisi

Tersebab puisi, aku seperti kanak lagi
mengenal cinta tidak, apalagi mabuk anggurnya.

Tersebab puisi, aku seperti gadis perawan
didekati tak mau, jikalau pergi merindu akhirnya

Tersebab puisi, hidupku kian jelas,
segan pada angan-menghadang, mati tak rindu,
apalagi sekedar dendam.

Tersebab puisi, kutemui segala-galamu
kutandai setiap denting rindu
pada setiap lorong panjangku
dan aku hanya akan menatap kaku.

30/10/2007



Sujud Malam

luruh!
kumulai dari alif,
kusujudkan malam,
kusujudkan cinta, di muara,
aku lebur

luruh!
dari alif ke ba dan ta,
kusujudkan rindu,
hingga airmata jadi manik-manik tasbih
tak habis, tak pupus,
hingga ya, wassalam

luruh sujud pada malam
menepi! yang tersisa hanya
"keselamatan untukmu dan terimalah
keberkahan dari-Nya"

27 Ramadhan, 1415 H



Aralle, Tabulahang, Mambi (ATM)
: Paku hingga Suremana

"Kami tak butuh pedang dan api,
apalagi bedil dan peluru !"

Aralle, Tabulahang, Mambi
(dari Paku mengalir hingga Suremana)
inilah Tanah Mandar: Pantai, laut,
dan gunung-gunung membujur
melengkung bagai bibir gadis-gadis pantai
dari Paku hingga Suremana

Aralle, Tabulahang, Mambi,
apa bedanya inilah Ulu Salu
peleburan muasal Tanah Mandar
berhamburan menuju pantai
dan inilah Ba'ba Binanga
orang-orang pegunungan berhijrah ke pantai
menaburkan cahaya, benih kebenaran
walau sesekali tak lupa mencecap sesap jerami

Aralle, Tabulahang, Mambi,
tak perlu menangis -dekap. Dekaplah !
peluk erat sesama kita, sesama saudara
ini tanah milik kita. Air, air kita
lalu mengapa kita saling berebut?

Sulbar, 04-08

BUSTAN BASIR MARAS, lahir di Teluk Mandar (Mekkatta-Malunda) Majene, Sulawesi Barat. Sebelum "ngungsi" ke Yogyakarta, aktif dalam berbagai gerakan sosial budaya, di Mandar Sulawesi Barat. Pada tahun 1996, bersama kawan-kawannya mendirikan Sanggar Gedasi di Pon-Pes Ihyaul Ulum DDI Baruga-Majene dan terlibat beberapa kali dalam produksi serta tour dan syiar budaya. Sepulang "nyantri" dari Pon-Pes Ihyaul Ulum, sejak tahun 1998 memilih tinggal di Yogyakarta, lalu bergabung dengan Sanggar Studi Sastra dan Teater SILA (SSST Sila), sambil sekolah di Universitas Islam Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Oxford Course, juga aktif ikut "mocopatan" di Kasihan, asuhan Emha Ainun Nadjib, serta "tidur" di Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogya. Ia juga banyak menghabiskan waktunya di Keluarga Mahasiswa Pencinta Demokrasi (KMPD), Sanggar Suwung, Front Pemuda Perjuangan Indonesia (FPPI), Majalah Arena, Teater Eska, dan lain-lain. Sempat pula ia duduk di Dewan Pertimbangan Forum Pers Mahasiswa Yogyakarta (FORESMAYO) periode 2001-2002, sebelum akhirnya "membubarkan" dirinya sendiri. Pada tahun 1997 juara satu pada lomba penulisan naskah dan penyuluhan tentang "Peningkatan Hidup dan Kebudayaan Kaum Miskin" tingkat Kabupaten Majene dan juara dua tingkat Propinsi Sulawesi Selatan. Dan pada pertengahan Thn. 2002 terpilih sebagai salah satu nominator lomba penulisan karya sastra (selekda BSMI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Lalu pada tahun yang sama (2002), kembali juara dua dalam lomba penulisan karya sastra (Puisi) pada Pekan Seni Mahasiswa Tingkat Nasional (Peksiminas) ke VI (enam). Karya-karyanya dipublikasikan di berbagai media massa: Bernas Jogja, Minggu Pagi, Wawasan, Republika, Info Indonesia, SKH. Mimbar Karya Sul-Sel, Kompas, Harian Fajar Makassar, Kedaulatan Rakyat, Suara Merdeka Semarang, Aktual, info Indonesia, Suara Pembaharuan, Majalah Arena, Majalah Sukma Banjarmasin, Solo Pos, Kuntum, Radar Sulbar, Suara Muhammadiyah, Media-media on line, dan lain sebagainya. Selain menulis di berbagai media, ia juga aktif memenuhi undangan berbicara dalam berbagai seminar, work shop teater, diklat jurnalistik, pengajian, penulisan sastra, yang datang dari berbagai kalangan, organisasi sosial kemasyarakatan, LSM, lembaga kemahasiswaan sekaligus kelompok-kelompok pergerakan mahasiswa, organisasi etnis dan lain-lain semacamnya. Secuil pengalamannya antara lain: Jurnalis Majalah Arena, Tabloid Assalam, mendirikan Komunitas Rumah Kita, juga ikut mendirikan Teater Pasak, aktif di KMPD, FPPI, Pentas Lautan Jilbab-Karya Emha Ainun Nadjib, Penggali Kapur-Kirdjo Mulyo (Pentas Teater Eska), Ziarah Abadi-M. Iqbal (Tadarrus Puisi Teater Eska), Ziarah Tanah Mandar (Musik Puisi Komunitas Rumah Mandar Yogya) Pembacaan dan Musikalisasi Puisi (Kolaborasi Sanggar Suwung dan SSST Sila) pada malam Khairil Anwar dan HB. Jassin di Societet Militer Yogyakarta, Tour Pementasan bersama KRM, diundang dalam Tongue In Your Ear (Festival Puisi Nasional-FKY 2007), dan lain-lain. Saat ini, sedang menempuh pendidikan pada Program Pascasarjana Jurusan Antropologi Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, juga aktif di berbagai lembaga sosial-budaya, lembaga riset, ngurusi Annora Media (Publisher and Book Distributor), membina beberapa komunitas di Sulbar dan Yogyakarta, menulis di berbagai media, jurnal, dan sedang mempersiapkan beberapa bukunya yang akan terbit, antara lain: Spesies Bernama Indonesia (Puisi), Negara Ideal (Telaah Pemikiran Tjokroaminoto), serta Ladang Cinta Ke-sejati-an Diri (Langkah Proses Kreatif) dan lain-lain. Bukunya yang sudah terbit: Negeri Bersyair,  Mata Air Mata Darah, Damarcinna, Ziarah Tanah Mandar, Tongue In Your Ear (Antologi Puisi 30 Penyair Indonesia), Negeri Anak Mandar, Carita (Carita Rakyat Sulbar) dan lain-lain. Saat ini tinggal di Suryowijayan MJ. 1 No. 469 Yogyakarta, 55142, atau di Gg. Mangga No.46 Sonosewu-Yogya, 55182. ?Nongkrongnya?: di Teater Eska, di Annora Media, di Taman Budaya Yogya, atau di Komunitas Rumah Mandar: Jl. Golo Gg. Pulanggeni UH. 5/425 Yogyakarta. Email: bustannora@yahoo.co.id.

Tidak ada komentar:

A. Mustofa Bisri A'yat Khalili Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Wachid B.S. Abi N. Bayan Abidah El Khalieqy Acep Syahril Acep Zamzam Noor Adi Toha Adrian Balu AF Denar Daniar Afrizal Malna Agus Manaji Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Maltuf Syamsury Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Ala Roa Aldika Restu Pramuli Alfatihatus Sholihatunnisa Alfiyan Harfi Ali Makhmud Ali Subhan Amelia Rachman Amie Williams Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Andry Deblenk Anggie Melianna Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Aprinus Salam Ariandalu S Arieyoko Ksmb Arya Winanda As Adi Muhammad Asep Sambodja Atrap S. Munir Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Badaruddin Amir Bakdi Sumanto Bambang Darto Bambang Kempling Bambang Widiatmoko Beni Setia Beno Siang Pamungkas Bernando J. Sudjibto Bernard S. Y. Batubara Binhad Nurrohmat Budhi Setyawan Budi Palopo Bustan Basir Maras Chairul Abhsar Chavchay Saifullah Cut Nanda A. D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Afriady Dadang Ari Murtono Daisy Priyanti Daysi Priyanti Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Desti Fatin Fauziyyah Dewi Kartika Dharmadi Diah Budiana Diah Hadaning Dian Hartati Didik Komaidi Dimas Arika Mihardja Djoko Saryono Dody Kristianto Dorothea Rosa Herliany Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Edy Lyrisacra Effendi Danata Eimond Esya Eka Budianta Eko Hendri Saiful Eko Nuryono El Sahra Mahendra Ellie R. Noer Elly Trisnawati Emha Ainun Nadjib Endang Supriadi Endang Susanti Rustamadji Eny Rose Eppril Wulaningtyas R Esha Tegar Putra Esti Nuryani Kasam Etik Widya Evi Idawati Evi Melyati Evi Sefiani Evi Sukaesih Fadhila Ramadhona Fahmi Faqih Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fatimah Wahyu Sundari Fauzi Absal Felix K. Nesi Fikri MS Fina Sato Firman Wally Fitrah Anugerah Frischa Aswarini Gampang Prawoto Ghaffur Al-Faqqih Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Gunawan Maryanto Gunoto Saparie Gus tf Sakai Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hari Leo Haris del Hakim Hasan Al Banna Hasan Aspahani Hasta Indriyana Helga Worotitjan Heri Latief Heri Listianto Heri Maja Kelana Herlinatiens Hudan Hidayat Hudan Nur Ibnu Wahyudi Ikarisma Kusmalina Ike Ayuwandari Ilenk Rembulan Imam S Arizal Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Budi Santoso Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indrian Koto Isbedy Stiawan ZS Iwan Gunadi Javed Paul Syatha Jibna Sudiryo Johan Khoirul Zaman Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Saputro Jufri Zaituna Jusuf AN Kadek Wara Urwasi Kadjie Bitheng MM Kartika Kusworatri Kedung Darma Romansha Kika Syafii Kirana Kejora Kirdjomuljo Kurnia Effendi Kurniawan Junaedhie Kurniawan Yunianto Kusprihyanto Namma Kuswaidi Syafi’ie L.K. Ara Lailatul Muniroh Landung Rusyanto Simatupang Lela Siti Nurlaila Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Linus Suryadi AG Liza Wahyuninto Lubis Grafura Lutfi Mardiansyah M. Badrus Alwi M. Faizi Maghfur Munif Maghie Oktavia Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maman S. Mahayana Maqhia Nisima Marcellus Nur Basah Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marwanto Mas Marco Kartodikromo Mashuri Mathori A. Elwa Matroni el-Moezany Maya Mustika K. Mega Vristian Miftahul Abrori Mohammad Yamin Muhammad Ali Fakih Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muntamah Cendani Mustiar AR Mustofa W Hasyim Mutia Sukma Nadjib Kartapati Z Nanang Suryadi Nezar Patria Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Noor Sam Nunung S. Sutrisno Nur Iswantara Nur Lodzi Hady Nur Wahida Idris Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Pariyo Adi Pringadi AS Pringgo HR Puisi-Puisi Indonesia Purwadmadi Admadipurwa Puspita Rose Putri Sarinande R. Toto Sugiharto Rachmat Djoko Pradopo Raedu Basha Ragil Suwarno Pragolapati Rakai Lukman Rama Prabu Ramadhan KH Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Ribut Wijoto Rikard Diku Robin Al Kautsar Rozi Kembara Rudi Hartono Rusydi Zamzami S Yoga Sahaya Santayana Saiful Bakri Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Selendang Sulaiman Seli Desmiarti Sigit Sugito Sihar Ramses Simatupang Siska Afriani Sitok Srengenge Sitor Situmorang Slamet Rahardjo Rais Slamet Widodo Sosiawan Leak Sreismitha Wungkul Sri Harjanto Sahid Sri Jayantini Sri Setya Rahayu Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sumargono SN Suminto A. Sayuti Sunardi KS Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Sutirman Eka Ardhana Syifa Aulia Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Ranusastra Asmara Teguh Triaton Tengsoe Tjahjono Tharie Rietha Thowaf Zuharon Timur Sinar Suprabana Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto TS Pinang Ulfatin Ch Umbu landu Paranggi Unieq Awien Usman Arrumy W. Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Hidayat Wahyu Subuh Warih Wisatsana Wayan Sunarta Weni Suryandari Widi Astuti Wiji Thukul Winarni R. Y. Wibowo Yonathan Rahardjo Yosi M Giri Yudhi Herwibowo Yudhiono Aprianto Yurnaldi Yusri Fajar Yusuf Suharto Yuswan Taufiq Yuswinardi Zaenal Faudin Zainal Arifin Thoha Zamroni Allief Billah Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae