http://www.jurnas.com/
jakarta, aku pulang!
jakarta, aku pulang!
sore ini aku kembali dalam pelukmu
mari kita minum kopi hitam sambil mencicipi singkong rebus
tenang saja, aku tak kaget dengar kabar banjir kiriman
aku ini kelahiran jakarta
sudah lama kudengar soal-soal seperti itubanjir kiriman adalah soal sepele
ciliwung marah, jati luhur ngambek, cisadane pundung
itu semua soal sepele
persis seperti kabar jebolnya bendungan katulampa di bogor
atau mampatnya jutaan sampah di manggarai
jakarta, aku pulang!
sejak menjelma sarang tawon
memerankan pasar yang gemerlap
kau terus dihujani nafsu dan amarah
hujan korupsi, peluru, darah, dan tangis menyatu
menghantam sekujur tubuhmu
doa-doa tak kuat lagi jadi tiang
kau dijadikan daratan penimbun barang
jakarta, aku pulang!
sore ini aku kembali dalam tangismu
sudah sekian tahun kulihat airmatamu
orang-orang terlalu karut marut
jerit bayi-bayi tak lagi menembus sunyi
jakarta, aku pulang!
aku ingin menggambar belati di antara
kopi hitam dan singkong rebus
namun apa daya
belati itu masih saja bersarang di jantung bayi-bayimu
lagu bulungan
-- kpj
orang-orang di bulungan memetik gitar
awan hitam merambat
langkah kaki menjulang
orang-orang di bulungan menyanyi
perlawanan pun dimulai
orang-orang di bulungan tertawa
dahaga hilang dalam rasa
di bulungan ini,
aku melihat awan hitam merambat
namun orang-orang di sini masih setia
pergi menengok luka matahari
negeri kelakar
baru saja bersalaman
orang-orang di negeriku bisa saling lupa
mata pisau nyalang tatap sangkar paru-paru
anak panah loncat sergap detak jantung
belum lagi tajam tombak dan panas peluru yang tiada henti
menusuk hati, merobek dada zaman
baru saja bersalaman
orang-orang di negeriku bisa saling tikam
catatan dan mulut janji terbakar di lubuk dendam
bau darah yang sama, yang anyir di masa lalu, menjelma bara
di negeri ini,
kata-kata saling menipu
kehidupan berputar di tengah kalang munkar
di jalanan selalu muncul karton-karton berbisa
benda-benda mati disulut api
aku takut, tapi aku tak bisa menutup mata
negeri kelakar, musnahlah wajahmu!
hadirkanlah indonesia indah detik ini juga!
dian musim kelana
o, dua renjana membumbung
sepasang kekasih memeluk hujan di balik cinta berdentang
langit masih mendung
namun tidak begitu gelap
kerinduan hangat yang lama dijaga
lidah waktu menjulur ke batas-batas tangis
yang perempuan terbang seperti merpati
yang lelaki berkelahi seperti ayam jantan
dian malam itu hampir padam
namun masih juga terjaga
sepasang kekasih jadi unggas malam yang bingung
yang betina terkulai di atas kasur
yang jantan mencari ramuan orang desa
keduanya menatap kelam
suara-suara resah tak bertuan terbentur dinding
terkoyak tetesan peluh yang netes dari bibir tak lagi merah
sepasang kekasih bertaruh nama di pojok kamar
keduanya tak lagi menyebut dosa
dian musim kelana
di akhir rindu dan tangis sepi
sepasang merpati terbang pulang ke sarang masing-masing
keduanya lama ditunggu waktu
yang betina berjalan gontai kehabisan darah
yang jantan berjalan cepat menghapus dosa
namun angin sore yang ribut
tetap mencatat kisah sepasang merpati
pada tugu kelana yang resah
di suatu akhir tahun yang lapar
tabik penyair
aku ingin bertanya kepada penyair:
masih adakah yang baki dalam sebuah takdir?
sendalu malam kian bertaring
curah hujan betapa suka mematah tangkai bunga
menyeret puntung-puntung rokok
bahkan rumah-rumah kayu di mataku
aku ingin bertanya kepada penyair:
bilakah awal tari telanjang musim trompet
mencampak jerit gulana orang-orang sisa?
masihkah takdir serupa sendalu
menyisir sunyi dari gema perigi?
remuklah tanyaku
muncratlah raguku
rasaku gelap
gelapku senyap
jalan-jalan semakin berliku:
mungkinkah semua ini berarti awal redam
awal perjalanan di mana segala cita harus jatuh ke bumi
dingin sudah terlalu dingin
malam sudah terlalu malam
keadaan menjadi lembab
kebisuan menjadi raja
maka biarlah kubakar kata-kata ini
biar sekalian ada yang menyala
biar sekalian ada yang membara
sebab dalam malam dingin yang kaku
aku suka menjadi saksi
aku suka menulis syair
namun beginilah jadinya:
aku seperti mati di mulut harimau!
Chavchay Syaifullah lahir di Jakarta, 01 Oktober 1977. Alumni Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta. Menulis puisi, cerpen, novel, esai, naskah teater, dan lagu. Buku-bukunya antara lain: Multatuli Tak Pernah Mati (Kumpulan Puisi), Payudara (Novel), Sendalu (Novel), Aotar (Novel), Perlawanan Binatang Jalang (Esai). Bersama kelompok musik REMPAH ia merilis album pertama Tetap Ada Jalan (2004).
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A. Mustofa Bisri
A'yat Khalili
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Wachid B.S.
Abi N. Bayan
Abidah El Khalieqy
Acep Syahril
Acep Zamzam Noor
Adi Toha
Adrian Balu
AF Denar Daniar
Afrizal Malna
Agus Manaji
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunarto
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Maltuf Syamsury
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Akhiriyati Sundari
Akhmad Fatoni
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Ala Roa
Aldika Restu Pramuli
Alfatihatus Sholihatunnisa
Alfiyan Harfi
Ali Makhmud
Ali Subhan
Amelia Rachman
Amie Williams
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Andry Deblenk
Anggie Melianna
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anna Subekti
Aprinus Salam
Ariandalu S
Arieyoko Ksmb
Arya Winanda
As Adi Muhammad
Asep Sambodja
Atrap S. Munir
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Badaruddin Amir
Bakdi Sumanto
Bambang Darto
Bambang Kempling
Bambang Widiatmoko
Beni Setia
Beno Siang Pamungkas
Bernando J. Sudjibto
Bernard S. Y. Batubara
Binhad Nurrohmat
Budhi Setyawan
Budi Palopo
Bustan Basir Maras
Chairul Abhsar
Chavchay Saifullah
Cut Nanda A.
D. Zaini Ahmad
D. Zawawi Imron
Dadang Afriady
Dadang Ari Murtono
Daisy Priyanti
Daysi Priyanti
Dea Anugrah
Dea Ayu Ragilia
Dedy Tri Riyadi
Deni Jazuli
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Desti Fatin Fauziyyah
Dewi Kartika
Dharmadi
Diah Budiana
Diah Hadaning
Dian Hartati
Didik Komaidi
Dimas Arika Mihardja
Djoko Saryono
Dody Kristianto
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Pranoto
Dwi Rejeki
Dwi S. Wibowo
Edy Lyrisacra
Effendi Danata
Eimond Esya
Eka Budianta
Eko Hendri Saiful
Eko Nuryono
El Sahra Mahendra
Ellie R. Noer
Elly Trisnawati
Emha Ainun Nadjib
Endang Supriadi
Endang Susanti Rustamadji
Eny Rose
Eppril Wulaningtyas R
Esha Tegar Putra
Esti Nuryani Kasam
Etik Widya
Evi Idawati
Evi Melyati
Evi Sefiani
Evi Sukaesih
Fadhila Ramadhona
Fahmi Faqih
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fanny Chotimah
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fati Soewandi
Fatimah Wahyu Sundari
Fauzi Absal
Felix K. Nesi
Fikri MS
Fina Sato
Firman Wally
Fitrah Anugerah
Frischa Aswarini
Gampang Prawoto
Ghaffur Al-Faqqih
Gita Nuari
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Gunawan Maryanto
Gunoto Saparie
Gus tf Sakai
Halimi Zuhdy
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hari Leo
Haris del Hakim
Hasan Al Banna
Hasan Aspahani
Hasta Indriyana
Helga Worotitjan
Heri Latief
Heri Listianto
Heri Maja Kelana
Herlinatiens
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Ibnu Wahyudi
Ikarisma Kusmalina
Ike Ayuwandari
Ilenk Rembulan
Imam S Arizal
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Iman Budi Santoso
Imron Tohari
Indah Darmastuti
Indiar Manggara
Indra Tjahyadi
Indrian Koto
Isbedy Stiawan ZS
Iwan Gunadi
Javed Paul Syatha
Jibna Sudiryo
Johan Khoirul Zaman
Johannes Sugianto
Joko Pinurbo
Joko Saputro
Jufri Zaituna
Jusuf AN
Kadek Wara Urwasi
Kadjie Bitheng MM
Kartika Kusworatri
Kedung Darma Romansha
Kika Syafii
Kirana Kejora
Kirdjomuljo
Kurnia Effendi
Kurniawan Junaedhie
Kurniawan Yunianto
Kusprihyanto Namma
Kuswaidi Syafi’ie
L.K. Ara
Lailatul Muniroh
Landung Rusyanto Simatupang
Lela Siti Nurlaila
Liestyo Ambarwati Khohar
Lina Kelana
Linda Sarmili
Linus Suryadi AG
Liza Wahyuninto
Lubis Grafura
Lutfi Mardiansyah
M. Badrus Alwi
M. Faizi
Maghfur Munif
Maghie Oktavia
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Maman S. Mahayana
Maqhia Nisima
Marcellus Nur Basah
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Mario F. Lawi
Marwanto
Mas Marco Kartodikromo
Mashuri
Mathori A. Elwa
Matroni el-Moezany
Maya Mustika K.
Mega Vristian
Miftahul Abrori
Mohammad Yamin
Muhammad Ali Fakih
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muntamah Cendani
Mustiar AR
Mustofa W Hasyim
Mutia Sukma
Nadjib Kartapati Z
Nanang Suryadi
Nezar Patria
Ni Made Purnama Sari
Ni Made Purnamasari
Ni Putu Destriani Devi
Noor Sam
Nunung S. Sutrisno
Nur Iswantara
Nur Lodzi Hady
Nur Wahida Idris
Nurel Javissyarqi
Nurul Komariyah
Nyoman Tusthi Eddy
Nyoman Wirata
Pariyo Adi
Pringadi AS
Pringgo HR
Puisi-Puisi Indonesia
Purwadmadi Admadipurwa
Puspita Rose
Putri Sarinande
R. Toto Sugiharto
Rachmat Djoko Pradopo
Raedu Basha
Ragil Suwarno Pragolapati
Rakai Lukman
Rama Prabu
Ramadhan KH
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Ribut Wijoto
Rikard Diku
Robin Al Kautsar
Rozi Kembara
Rudi Hartono
Rusydi Zamzami
S Yoga
Sahaya Santayana
Saiful Bakri
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Selendang Sulaiman
Seli Desmiarti
Sigit Sugito
Sihar Ramses Simatupang
Siska Afriani
Sitok Srengenge
Sitor Situmorang
Slamet Rahardjo Rais
Slamet Widodo
Sosiawan Leak
Sreismitha Wungkul
Sri Harjanto Sahid
Sri Jayantini
Sri Setya Rahayu
Sri Wintala Achmad
Suci Ayu Latifah
Sumargono SN
Suminto A. Sayuti
Sunardi KS
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryanto Sastroatmodjo
Sutirman Eka Ardhana
Syifa Aulia
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Triaton
Tengsoe Tjahjono
Tharie Rietha
Thowaf Zuharon
Timur Sinar Suprabana
Tita Maria Kanita
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
TS Pinang
Ulfatin Ch
Umbu landu Paranggi
Unieq Awien
Usman Arrumy
W. Haryanto
W. Herlya Winna
W.S. Rendra
Wahyu Hidayat
Wahyu Subuh
Warih Wisatsana
Wayan Sunarta
Weni Suryandari
Widi Astuti
Wiji Thukul
Winarni R.
Y. Wibowo
Yonathan Rahardjo
Yosi M Giri
Yudhi Herwibowo
Yudhiono Aprianto
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Yuswan Taufiq
Yuswinardi
Zaenal Faudin
Zainal Arifin Thoha
Zamroni Allief Billah
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
1 komentar:
content puisinya indah-indah!!!
Posting Komentar