Sabtu, 06 Februari 2021

Puisi-Puisi Tengsoe Tjahjono

SUARA SEPATU
 
Lama tak kudengar detak sepatu itu
Melewati lorong, di antara rimbun mawar dan kersik angin
Sebelum pintu dibuka kala fajar
 
Detak itu seirama detak jantung
Annelies yang datang dengan kereta
Melampaui ladang-ladang
Sebelum berpeluk dengan mimpi
 
Aku memang bukan Minke
Tak terbaca pada peta sejarah
Hanya suara sepatu itu
Tak habis-habis ditunggu
 
2021
 
 
 
PUISI DI KELOPAK ANGGREK
 
Pagi merekah di kelopak anggrek
Membawa pesan puisi. Matahari mencair, menghanyutkan kata-kata.
Sehangat teh tanpa gula.
Seliat pelukan
 
Pada lembar daun, puisi menyiapkan
ruang berbincang: burung-burung
dan cahaya, jalan dan persimpangan, batu-batu dan tapak kaki, rindu dan sepi
: Paradoks-paradoks ini dinamika asyik sekali
 
Pada kuncup bunga puisi abadi menulis
Seabadi anggrek yang dikenal sepanjang waktu
Tentang jejak bersama
Melintasi musim-musim
 
22 Des 2020
 
 
 
MALAM
 
Burung bangau berumah dalam pigura
Bersama puisi, bulan, dan angin
Tak ingin ia cari pancuran asing
Yang tak dikenali tekstur air dan alir. Hanya puisi itu telaga
 
Cahaya berpendar dari lampu dinding
Hati yang selalu tawarkan bilik hangat
Ada meja, teh, dan diskusi
Di malam yang berkabut dan gigil
 
Aku sediakan panggung kecil untukmu
Panggung yang juga tersimpan di jantung
Bacalah sajak di situ
Tentu tentang puisi: danau yang
Dipenuhi desir angin, kecipak air
Dan perahu
 
25112020
 
 
 
HUJAN
 
Tampias itu singgah di teras. Di kursi puisi pun basah. Angin hanya kecil. Bertiup sangat kecil. Kaki-kaki hujan melayang tipis ke pipi
 
Aksara ternyata tak bisa mengabur. Dia bukan tinta biasa. Gigil hujan tak bisa menghapusnya. Puisi itu tetap berbicara dalam bahasa kabut. Di meja sepasang bunga makin kokoh di vas
"Jangan hindari hujan."
 
Tampias itu dibiarkan tumpah di pipi sebelum runtuh di lantai. Kakimu melukis sungai. Kita pun berenang di antara batu dan pohonan. Berdua.
 
24112020
 
 
 
TERAS PAGI
 
Bias cahaya mendorong pintu terbuka. Salam pertama tentu berupa doa. Embun yang tergelincir dari pucuk daun-daun mawar jambe
 
Seperti biasa ruap teh mengalir dari meja. Beringsut dari kursi ke kursi sambil sesekali ditingkah berita dari tivi. Ini hari apa? Selasa. Tuhan menciptakan matahari begitu kuning nyala
 
Di pintu puisi berdiri, menyorongkan kepalanya dengan siur angin ladang. Mari  duduk. Kutunjukkan kerikil-kerikil di pelataran. Putih-hitam. Pelan-pelan semua berhitung. Seperti usia. Seperti larik- larik sajak yang enggan beranjak.
 
Malang 24112020
 
 
 
FELIX JUGA WARGA NEGARA
 
indonesia ialah keniscayaan
bagi dirinya sebab tanpa diminta ia lahir
di katub katulistiwa
dengan rambut keriting, kulit hitam, dan gunung kering
sungai tanpa ikan, dan jalan hanya punya matahari
 
indonesia belum pernah ia kenal
sebab indonesia hanya ada di jawa
felix hanya membaca di buku sejarah
yang kadang-kadang ia ragukan kebenarannya
 
indonesia negeri bahari, namun mengapa laut begitu sepi
indonesia negeri agraris, namun mengapa beras impor dari luar negeri
indonesia negeri besar, namun mengapa tunduk pada yang asing
indonesia negeri damai, namun mengapa warganya suka caci maki
indonesia negeri surga, kenapa ia sering bertemu neraka
 
felix gundah. perahu yang goyah.
oleng di tengah samudra tanya
: inikah indonesia?
 
tak ada yang menjawab. bisa jadi membisu.
angin laut tak bisa membawa perahu pulang
karam pada pusaran
 
indonesia semakin absurd berpusing bagai gasing
kepala felix memening. muntah ia di anjungan
pecahan-pecahan jantung yang rusak akut
hanya yesus yang setia mendampingi
mengumpulkan kepingan-kepingan itu sambil berbisik
: aku bukan indonesia, aku tak berasal dari dunia, namun aku punya negara
aku sangat mencintainya
 
felix juga ikut berbisik, ya, aku punya negara
sebut saja indonesia
 
seperti maria bunda yesus
dengan kandungan usia tua
serta yosef pendamping paling setia
beriringan menuju kota
untuk mengikuti cacah jiwa
karena ia seorang warga negara
 
ia pun tak bisa menolak menjadi bagian dari mosaik ini
mawar di tengah belantara, atau bunga bangkai
tetaplah berakar pada bumi
sebut saja indonesia
 
berikan pada raja, apa yang menjadi hak raja
berikan pada tuhan, segala yang menjadi milik tuhan
tapi raja tak mengenalku, sergah felix di depan sinagoga
sambil mendengarkan yesus sahabatnya bercerita tentang
burung garuda
 
tapi raja milik tuhan, dan tuhan memilikimu
felix terdiam, gejolak danau itu perlahan tenang
rambutnya masih keriting, kulitnya masih hitam
pelan-pelan ia mencoba mengenali indonesia
 
hanya adam membangun pondok di lombok
sebab lombok lebih menyurga daripada bali
semoga hawa kerasan di sana
rumahnya yang baru.
 
graha raya pondok aren, 19 agustus 2015
 
 
 
JAMAAH KORUPSI
 
jika korupsi bisa berjamaah
lalu siapa yang menjadi imam
siapa pula yang kalian sembah
 
pasti Tuhan kalian ubah jadi uang
malaikat-malaikat kalian ganti jadi kesempatan
dan surga hanya ada di rumah-rumah mewah 
di kolam renang yang kau aliri air darah
 
oh, betapa kalian sederhanakan hidup
menjadi singkat dan kering
menjadi pendek dan sepi
menjadi barbar dan liar
 
jika korupsi berjamaah
bukankah tak beda dengan sampah
berserak di jalan, dikumpulkan, lalu dibakar
 
pasti Tuhan kalian tinggalkan di rumah ibadat
nabi-nabi terpinggirkan di halaman kitab suci
dan neraka hanya kisah fiktif yang kalian tertawakan
Sambil menghitung jumlah aset di bank dan rekening siluman
 
oh, betapa kalian nafikan jalan terang
kau singkirkan kaum miskin
kau lupakan kaum papa
kau bunuh akal sehat
 
korupsi memang asyik
namun lebih asyik jika kalian terusir dari negeri ini.
 
5 September 2020

http://sastra-indonesia.com/2021/02/7-puisi-tengsoe-tjahjono/

Tidak ada komentar:

A. Mustofa Bisri A'yat Khalili Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Wachid B.S. Abi N. Bayan Abidah El Khalieqy Acep Syahril Acep Zamzam Noor Adi Toha Adrian Balu AF Denar Daniar Afrizal Malna Agus Manaji Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Maltuf Syamsury Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Ala Roa Aldika Restu Pramuli Alfatihatus Sholihatunnisa Alfiyan Harfi Ali Makhmud Ali Subhan Amelia Rachman Amie Williams Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Andry Deblenk Anggie Melianna Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Aprinus Salam Ariandalu S Arieyoko Ksmb Arya Winanda As Adi Muhammad Asep Sambodja Atrap S. Munir Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Badaruddin Amir Bakdi Sumanto Bambang Darto Bambang Kempling Bambang Widiatmoko Beni Setia Beno Siang Pamungkas Bernando J. Sudjibto Bernard S. Y. Batubara Binhad Nurrohmat Budhi Setyawan Budi Palopo Bustan Basir Maras Chairul Abhsar Chavchay Saifullah Cut Nanda A. D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Afriady Dadang Ari Murtono Daisy Priyanti Daysi Priyanti Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Desti Fatin Fauziyyah Dewi Kartika Dharmadi Diah Budiana Diah Hadaning Dian Hartati Didik Komaidi Dimas Arika Mihardja Djoko Saryono Dody Kristianto Dorothea Rosa Herliany Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Edy Lyrisacra Effendi Danata Eimond Esya Eka Budianta Eko Hendri Saiful Eko Nuryono El Sahra Mahendra Ellie R. Noer Elly Trisnawati Emha Ainun Nadjib Endang Supriadi Endang Susanti Rustamadji Eny Rose Eppril Wulaningtyas R Esha Tegar Putra Esti Nuryani Kasam Etik Widya Evi Idawati Evi Melyati Evi Sefiani Evi Sukaesih Fadhila Ramadhona Fahmi Faqih Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fatimah Wahyu Sundari Fauzi Absal Felix K. Nesi Fikri MS Fina Sato Firman Wally Fitrah Anugerah Frischa Aswarini Gampang Prawoto Ghaffur Al-Faqqih Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Gunawan Maryanto Gunoto Saparie Gus tf Sakai Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hari Leo Haris del Hakim Hasan Al Banna Hasan Aspahani Hasta Indriyana Helga Worotitjan Heri Latief Heri Listianto Heri Maja Kelana Herlinatiens Hudan Hidayat Hudan Nur Ibnu Wahyudi Ikarisma Kusmalina Ike Ayuwandari Ilenk Rembulan Imam S Arizal Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Budi Santoso Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indrian Koto Isbedy Stiawan ZS Iwan Gunadi Javed Paul Syatha Jibna Sudiryo Johan Khoirul Zaman Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Saputro Jufri Zaituna Jusuf AN Kadek Wara Urwasi Kadjie Bitheng MM Kartika Kusworatri Kedung Darma Romansha Kika Syafii Kirana Kejora Kirdjomuljo Kurnia Effendi Kurniawan Junaedhie Kurniawan Yunianto Kusprihyanto Namma Kuswaidi Syafi’ie L.K. Ara Lailatul Muniroh Landung Rusyanto Simatupang Lela Siti Nurlaila Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Linus Suryadi AG Liza Wahyuninto Lubis Grafura Lutfi Mardiansyah M. Badrus Alwi M. Faizi Maghfur Munif Maghie Oktavia Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maman S. Mahayana Maqhia Nisima Marcellus Nur Basah Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marwanto Mas Marco Kartodikromo Mashuri Mathori A. Elwa Matroni el-Moezany Maya Mustika K. Mega Vristian Miftahul Abrori Mohammad Yamin Muhammad Ali Fakih Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muntamah Cendani Mustiar AR Mustofa W Hasyim Mutia Sukma Nadjib Kartapati Z Nanang Suryadi Nezar Patria Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Noor Sam Nunung S. Sutrisno Nur Iswantara Nur Lodzi Hady Nur Wahida Idris Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Pariyo Adi Pringadi AS Pringgo HR Puisi-Puisi Indonesia Purwadmadi Admadipurwa Puspita Rose Putri Sarinande R. Toto Sugiharto Rachmat Djoko Pradopo Raedu Basha Ragil Suwarno Pragolapati Rakai Lukman Rama Prabu Ramadhan KH Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Ribut Wijoto Rikard Diku Robin Al Kautsar Rozi Kembara Rudi Hartono Rusydi Zamzami S Yoga Sahaya Santayana Saiful Bakri Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Selendang Sulaiman Seli Desmiarti Sigit Sugito Sihar Ramses Simatupang Siska Afriani Sitok Srengenge Sitor Situmorang Slamet Rahardjo Rais Slamet Widodo Sosiawan Leak Sreismitha Wungkul Sri Harjanto Sahid Sri Jayantini Sri Setya Rahayu Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sumargono SN Suminto A. Sayuti Sunardi KS Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Sutirman Eka Ardhana Syifa Aulia Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Ranusastra Asmara Teguh Triaton Tengsoe Tjahjono Tharie Rietha Thowaf Zuharon Timur Sinar Suprabana Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto TS Pinang Ulfatin Ch Umbu landu Paranggi Unieq Awien Usman Arrumy W. Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Hidayat Wahyu Subuh Warih Wisatsana Wayan Sunarta Weni Suryandari Widi Astuti Wiji Thukul Winarni R. Y. Wibowo Yonathan Rahardjo Yosi M Giri Yudhi Herwibowo Yudhiono Aprianto Yurnaldi Yusri Fajar Yusuf Suharto Yuswan Taufiq Yuswinardi Zaenal Faudin Zainal Arifin Thoha Zamroni Allief Billah Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae