ADUH!
Kilah tak kurangi keluh
masih terdengar suara gaduh,
bersilat lidah sampai berpeluh
saling teguh bersikukuh. Haa...
jangan-jangan saling bunuh!
Di luar para kurcaci mengaduh
itupun takkan menjadi pengaruh
pandega berkata ‘mbah-mbuh’
mungkin ini pertanda brubuh.
23/02/2015
JERITAN HATI
Duh Ayah Ibu,
mengapa ini terjadi
masa depanku
tak lagi biru
bahkan terlihat abu-abu.
Apa salah dosaku?
lahir pun bukan mauku
andaikan kutahu, hidup
hanya menelan empedu
urung membuka mataku.
Apakah suratan takdir
telah tertulis di buku waktu
anak-anakmu menahan kelu
: kebiadaban membelenggu.
Duh Ayah Ibu
curahkan sayangmu
berilah rasa aman
pada anak-anakmu
menjalani kehidupan
di belantara jaman maju,
namun segalanya semu...
Jangan biarkan anak-anakmu
terkapar tapaki tangga waktu
: raihlah bersegenap hatimu.
Janji manis masa depan biru
sepenuh cinta setulus kalbu.
11/07/2016
LELAH
Lelah menggapai asa
walaupun tahu
adanya tergolek pasrah,
sementara malam
memagut sepi.
Tangan pun tak teraih
gontai berkesiur angin
berkepanjangan, lelah
dambakan istirah.
Pelukan malam erat
menyesak resahnya
menyemai gundah.
Ada
tanya menyentak lamunan
lanjutkah ayunan langkah.
12/04/2017
GUNDAH
Tertatih
tapaki lorong waktu, kanan-kiri tebing
jurang curam siap memangsa apa saja,
guguran dedaunan melenggang manja
isyaratkan kepasrahan jiwa-jiwa.
Lolongan srigala mengiris gundah
menelan keberanian, tenggelamkan angan.
Malam kian menggelepar ke arah cakrawala
ketika desau angin menyibak rimbun perdu
lamunan, ambyar berkeping-keping
berserak tak lagi tumbuhkan hasrat
tiada ingin menyapa
tak jua berharap malam menghilang.
Sunyi menyungkup ujung dedaun kopi
diam dalam keramahan bintang-bintang,
bulan tersenyum pucat ucapkan salam
pada kerikil-kerikil dingin di jalanan.
03/04/2016
KETIKA ITU
Duaaarrr ... duaaarrr
suara-suara itu terdengar
terhenyak tak bisa berkata,
hilang kesadaran ... bengong
berhamburan lintang-pukang
panik... bingung... berbuat apa...
Ketika sadar... Dhuh Gusti
apa yang telah terjadi,
korban berjatuhan sana-sini
darah mengalir basahi bumi
nyawa-nyawa melayang
saudara-saudaraku mati.
Itulah kenyataan yang terjadi
setiap saat terciptalah tragedi
tanpa belas kasih sama sekali
sampai bunuh saudara sendiri.
Di mana letak nurani?
Marilah bersatu hati
hancurkan terorisme
di muka bumi.
10/02/16
MARI BERGANDENG
Apa yang di benak
ketika engkau bertindak,
laksanakan serentet kehendak
naluri yang telah diperbudak.
Penghancuran tanpa alasan
katamu surga jadi incaran
itukah pendalaman iman
tanpa dasar kebenaran?
Nyawa teregang di jalanan
tubuh-tubuh bergelimpangan,
darah segar mengalir berceceran
orang-orang tak berdosa jadi korban.
Ambisi misi biadabmu sungguh
menyakitkan seluruh bangsamu
alasan apapun jelas-jelas keliru
kami bersatu tekad melawanmu.
Hai kaum teroris, kami cinta damai
Tak ingin disakiti pun menyakiti...
Marilah sama berbakti pada negeri
saling sayang berbagi kasih sejati
Kasih Tuhan yang Maha Tinggi
dengan segala kerendahan hati.
10/02/16
MELAMUN
Sepi melayangkan angan,
sekelebat bayangan datang
menyapa lembut keheningan.
Bagaimana kabarmu dinda?
kuterpana, tak kuasa untai kata,
hanya butiran bening mewarna
air mata debur gelora samudra.
Angin malam mengelus gundah
akankah mampu menghiburnya?
Malam pun semakin pekat
jelajah mimpi telah lewat,
mata pun hati terus terjaga
mencoba mencari makna.
19/04/2020/
RENUNGAN PAGI
Desau angin menyingkap kabut
menelanjangi hening bening pagi,
sejuk segar menelusup rongga dada
menyeruak tirai kabar berita gembira
menyongsong datangnya dengan ceria.
Tampak kilauan embun bening
terhampar jelas di rerumputan
berhias kerikil kejam hitam,
onak duri tajam menghadang
bukan alasan surutkan langkah.
Tapaki tanah-tanah basah
hidup penuh kumpulan noktah
kuning hitam putih dan merah
buanglah lepas segala gundah
pilih terbaik yang paling ijabah.
26/04/2020
RINDU
Di hening malam ini
kubersimpuh di haribaan-Mu
tumpahkan semua isi hatiku
mengharap dekap Kasih-Mu.
Tuhan, peluk erat tubuhku,
jangan lepaskan sedetik pun
: aku haus Kasih Sayang-Mu
sejuk laksana tetesan embun.
Tuhan, ulurkan Tangan-Mu
gapai aku dalam Cahaya-Mu,
biarkan terang mewarnai hatiku
menapaki jalan sisa-sisa waktu.
25/04/2020
MATA HARI
Masukkan sinarmu
dalam relung hatiku
penghangat tungku sukma
jangan berkeputusan dekat
tebarlah senyum ramahmu
di kerinduan tak berujung
di setiap helaan nafas memburu
luas langit yang tampak membiru.
27/05/2012
KETIKA ANGIN MENDERU
Angan tergapai tangan sang bayu
terhenti sesaat gejolak hati termangu
kembali berputar mengelilingi langit biru
menepis kenangan-kenangan biru masa lalu,
raihlah sebentuk impian-impian di sisa waktu
mengharap jatuhnya hikmah penyejuk kalbu.
25/05/2012
Amie Williams, nama aslinya Sri Ambar Susilowati, lahir
di Ambarawa 1Januari 1956, seorang pensiunan kemenkeu yang gemar menulis gurit,
tembang macapat, cerkak, dan puisi. Beralamat di Dsn Tegalrejo rt3/rw3, Bawen,
Ambarawa, Semarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar