HIJRAH KALBU
Orang-orang yang mengarungi perjalanannya untuk semata menuju Allah
Mendapat hidayah lewat cahaya ketika ikhlas menghadapkan wajah padaNya
Bila dalam melintasi perjalanan waktu ia tersesat
Terlalu mengandalkan diri serta lupa berserah diri
Hilanglah bijaksana pupuslah cahaya dari wajahnya
Sebab kerap enggan bersujud
Menjauhi perangai yang takjub
Kepada Yang Maha Kuasa lagi Maha Mampu
Membalik ketinggian menuju kejatuhan
Orang-orang yang terlepas janji dan sumpahnya
Tak lagi setia kepada tanggung jawab dan merusak kepercayaan
Ialah mereka yang memutuskan rezeki dari keberkahan
Melupakan kekuasaan hanya semata titipan
Kepada mereka seluruh cahaya kalbunya ditutupi oleh cela
Susah menghadap diri pada sinaran cahaya sujudnya
Orang-orang terlalu takut dunia tak dikalahkannya
Adalah bagian dari kesia-siaan semata
Atas apapun pencapaian
Terhadap berbagai kehormatan sekedar tempelan
Kepada mereka yang lupa diri
Menjadi korban kesombongan dan arogan diri sendiri
Tangannya sukar berbagi
Kelemahannya kerap ditutupi
Dengan pamer jabatan dan gelimangan harta
Berdirilah dalam hujan cacian
Kuncuplah bunga-bunga kemegahan
Warna dan upaya memekarkan kekhilafan
Terus menjadi kesia-siaan
Tetapi tetaplah selalu percaya
Pintu hijrah selalu terbuka
Padamkan api melintasi zaman persaingan
Siram dengan menebar kebaikan dan keinsyafan
Segalanya hanyalah titipan
Di pintu hijrah ketuklah pertaubatan
Sebab senantiasa terbuka lebar maaf dan ampunan
Meskipun bergunung dan selautan dosa serta penyesalan
Pasrahkan dan camkan jangan mengulang
Sebelum bertemu maut yang lekat dan akrab
Masih ada kesempatan mengambil insaf
Teras para aulia langkahlah ke sana
Belajar dan dekati pintu-pintu mesjid
Demi membersihkan segala keji di lubuk hati.
Aceh, 10 Oktober 2017
http://sastra-indonesia.com/2017/10/puisi-muhammad-rain/
Orang-orang yang mengarungi perjalanannya untuk semata menuju Allah
Mendapat hidayah lewat cahaya ketika ikhlas menghadapkan wajah padaNya
Bila dalam melintasi perjalanan waktu ia tersesat
Terlalu mengandalkan diri serta lupa berserah diri
Hilanglah bijaksana pupuslah cahaya dari wajahnya
Sebab kerap enggan bersujud
Menjauhi perangai yang takjub
Kepada Yang Maha Kuasa lagi Maha Mampu
Membalik ketinggian menuju kejatuhan
Orang-orang yang terlepas janji dan sumpahnya
Tak lagi setia kepada tanggung jawab dan merusak kepercayaan
Ialah mereka yang memutuskan rezeki dari keberkahan
Melupakan kekuasaan hanya semata titipan
Kepada mereka seluruh cahaya kalbunya ditutupi oleh cela
Susah menghadap diri pada sinaran cahaya sujudnya
Orang-orang terlalu takut dunia tak dikalahkannya
Adalah bagian dari kesia-siaan semata
Atas apapun pencapaian
Terhadap berbagai kehormatan sekedar tempelan
Kepada mereka yang lupa diri
Menjadi korban kesombongan dan arogan diri sendiri
Tangannya sukar berbagi
Kelemahannya kerap ditutupi
Dengan pamer jabatan dan gelimangan harta
Berdirilah dalam hujan cacian
Kuncuplah bunga-bunga kemegahan
Warna dan upaya memekarkan kekhilafan
Terus menjadi kesia-siaan
Tetapi tetaplah selalu percaya
Pintu hijrah selalu terbuka
Padamkan api melintasi zaman persaingan
Siram dengan menebar kebaikan dan keinsyafan
Segalanya hanyalah titipan
Di pintu hijrah ketuklah pertaubatan
Sebab senantiasa terbuka lebar maaf dan ampunan
Meskipun bergunung dan selautan dosa serta penyesalan
Pasrahkan dan camkan jangan mengulang
Sebelum bertemu maut yang lekat dan akrab
Masih ada kesempatan mengambil insaf
Teras para aulia langkahlah ke sana
Belajar dan dekati pintu-pintu mesjid
Demi membersihkan segala keji di lubuk hati.
Aceh, 10 Oktober 2017
http://sastra-indonesia.com/2017/10/puisi-muhammad-rain/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar