Andry Deblenk
(1)
Merambat tank Karna
menyisir perbukitan Kurusetra
melewati dengkur burung hantu.
Sombong derap laju
mengaum gusar
menuju padang
menuju tanah lapang
menjemput kemenangan harapnya.
Di pagi itu
matahari mangabar gelisah
rapuh dedaunan terbakar amarah
Karna,
terlihat perkasa dengan seragam militer
sepatu boatnya mengkilap
M16 terpajang di pundak
revolver di pinggang kiri kanan
juga helm,
kaca mata hitam,
rompi anti peluru,
mortir,
kian lejitkan reputasi
(2)
Hari ke tujuh belas ini
perang teramat istimewa
sebab Karna
sebab Arjuna
meramu benci dalam gelora.
Karna berapi
matanya seperti matahari lapar
”Bawa aku ke Arjuna paman!”
Perintah Karna
perlahan kemudi Salya
mengarah pada tank Arjuna.
”Lihat kinerja Arjuna”
”Ya, aku melihatnya paman”
”Betapa ganas bukan?
Ia memang prajurit jempolan
dengar saja desing pistolnya?
mendebarkan,
seperti teriakan malaikat
mengundang kematian.”
Puji Salya.
”Aku tak gentar!
Kenapa kau ini?”
”Aku hanya mengapresiasi,
sebab dalam sejarahnya,
musuh terhebat pun
takkan lepas dari pelatuknya.”
Karna terdiam
sorot matanya merupa api.
”Aku hanya menjalankan darma,
sebagai prajurit pilihan paman.”
”Aku mengerti anakku,
tapi lihatlah gairahnya?
Seperti Ramboo bukan?”
”Aku tak peduli kinerjanya.”
”Jangan menutup mata anakku”
”Tidak!
Aku hanya menjalankan perintah.”
Matahari membakar gelisah
desis angin manunda resah.
”Wow, luar biasa!
Cermatilah, lima prajurit tewas seketika.”
“Ah, saya juga bisa paman.”
“Benarkah?”
”Jangan rusak konsentrasiku dengan statementmu”
”Apa kau gentar panglima?”
”Gentar? Bukan Karna namanya.”
Karna menatap penuh dendam
teringat harga dirinya
pada ejekan Arjuna.
(3)
Jam sebelas siang
angin bertiup malas
matahari tampak sombong
mengumbar terik pada siapa saja
tank Karna
tank Arjuna
melangkah cuek
melewati asap pekat
melalui mayat berserak.
Tank mereka bersua kini
seperti tatap muka dua monster
keduanya menyeringai
buas beringas.
Angin berhenti seketika,
matahari malu sembunyi.
Medan perang
menunggu hujan menyapa
menyiram bara perang
menyapu darah yang dibuang cuma-cuma
pepohonan kini menjelma arang.
Kurusetra merupa neraka
memuntahkan amarah
pada tendensi kekuasaan
perang,
membawa gairah
mencipta resah.
(4)
Di garda depan
Arjuna menarik pelatuk pistolnya
pelurunya muntah ke angkasa
desingnya mengabar kematian.
Karna membalas
revolvernya angkat bicara
pertanda perang tunaikan nafsunya.
Sekejap kemudian,
baku tembak tak terelak
menggaris ngilu di ujung haru:
Arjuna
Karna
Karna
Arjuna
saling menembak, berkelit dan menghindar.
(5)
Menjelang ashar
peluru Karna lapar
menyambar pistol Arjuna
”Lihat paman!”
Karna sesumbar
Salya terdiam berdebar.
”Itu baru perkenalan.”
”Ah, itu keberuntungan.”
”Beruntung katamu Presiden Madra?”
”Ini belum akhir perang, anakku.”
”Lalu seperti apa harapmu?”
”Perang hanya menyisakan satu jagoan.”
”itu teorinya, tapi lihat prosesnya?”
Matahari malu cahayanya
angin enggan menyibak daun-daun
Salya terdiam
gemetar risaunya terhampar.
(6)
Jam empat sore
matahari semakin malu menyala
angin enggan menyibak dedaunan
roda kiri tank Karna
pecah secara tiba-tiba
sudah uzur barangkali
atau teknisinya kurang cakap, mungkin.
Sekonyong Karna lengah
tak sadar ia akan peluru lapar,
menyambar
kaliber 50 menembus kepalanya
tubuh Karna terhempas
terjerembab di tanah keras.
Matahari tampakkan nyali
sebab kini ia bersaksi
seorang pejuang tak berkutik
lemah dimangsa perang.
Angin yang semilir
seolah ikut termenung
mengurai deras air mata.
(7)
Malam berdendang
di medan perang
di antara tumpukan mayat-mayat
ada banyak nyawa teregang
berkelojotan
mengumpat kenyataan.
Seorang perempuan tua
menangis sesenggukan
memeluk jasad tak bernyawa.
Angin bertiup kencang
menyapa sinis keadaan
salak anjing dan serigala
segera menanda pesta pora.
Sesosok tubuh
menghampiri perempuan itu
penuh tanya
sarat teka-teki,
ia terperangah
ada halilintar menghentak dadanya.
(8)
Malam kian larut
rembulan tersenyum
menyapa siapa saja,
angin bertiup sederhana
lembut menjamah dedaunan.
Tersedu tangis Nalibrata
teringat ia pada dosa
perlahan,
basah mata menatap masa lalu
mencumbu kenangannya.
***
Diremang malam
ditemani sepasang lilin
seorang putri jelita
sibuk menjajal anugerah
hadiah Durwasa
orang sakti bertitle profesor.
Duduk bersila
tangan Nalibrata menengadah
bibir mungil menari manja
merapal Adityaredaya.
Sontak tubuh menggigil
angin berhembus kencang
pepohonan menari penuh gairah.
Sedetik kemudian,
cahaya merupa matahari
menghampiri,
memeluk tubuh sintal Nalibrata
perbincangan pun terjadi
diakhir perjumpaan
cahaya itu memberi anugerah
meski Nalibrata tak menghendaki.
Nalibrata,
bermuka gelisah
sebab lambat laun
perut kian membuncit
tubuh pun menambun.
Perempuan itu terdiam
menangis?
Bukan solusi rupanya
aborsi?
Bukanlah metode bijaksana
ia tak kuasa menolak takdirnya.
Sembilan bulan kemudian,
Nalibrata melahirkan rembulan
Karna namanya
lelaki mungil lugu
bola matanya seterang Surya.
Pecah tangis Nalibrata
bersemi pula gusarnya
demi norma
demi negara
Nalibrata hanyutkan bayinya
di arus sungai Aswa.
***
(9)
Rembulan mengejek nyinyir,
desir angin tertawa miris
Nalibrata mengelus dinding istana
dadanya bergemuruh
inginnya melumat cakrawala
menyirami Kurusetra dengan air mata.
Siapa bersalah?
Siapa pemenang?
Nalibrata menghela nafas
Terlampau berat.
Ponorogo, 2012
Dijumput dari: http://sastra-indonesia.com/2012/12/tragedi-karna/
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Sabtu, 15 Desember 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A. Mustofa Bisri
A'yat Khalili
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Wachid B.S.
Abi N. Bayan
Abidah El Khalieqy
Acep Syahril
Acep Zamzam Noor
Adi Toha
Adrian Balu
AF Denar Daniar
Afrizal Malna
Agus Manaji
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agus Sunarto
Ahmad Fatoni
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Maltuf Syamsury
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Akhiriyati Sundari
Akhmad Fatoni
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Ala Roa
Aldika Restu Pramuli
Alfatihatus Sholihatunnisa
Alfiyan Harfi
Ali Makhmud
Ali Subhan
Amelia Rachman
Amie Williams
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Andry Deblenk
Anggie Melianna
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anna Subekti
Aprinus Salam
Ariandalu S
Arieyoko Ksmb
Arya Winanda
As Adi Muhammad
Asep Sambodja
Atrap S. Munir
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Badaruddin Amir
Bakdi Sumanto
Bambang Darto
Bambang Kempling
Bambang Widiatmoko
Beni Setia
Beno Siang Pamungkas
Bernando J. Sudjibto
Bernard S. Y. Batubara
Binhad Nurrohmat
Budhi Setyawan
Budi Palopo
Bustan Basir Maras
Chairul Abhsar
Chavchay Saifullah
Cut Nanda A.
D. Zaini Ahmad
D. Zawawi Imron
Dadang Afriady
Dadang Ari Murtono
Daisy Priyanti
Daysi Priyanti
Dea Anugrah
Dea Ayu Ragilia
Dedy Tri Riyadi
Deni Jazuli
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Desti Fatin Fauziyyah
Dewi Kartika
Dharmadi
Diah Budiana
Diah Hadaning
Dian Hartati
Didik Komaidi
Dimas Arika Mihardja
Djoko Saryono
Dody Kristianto
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Pranoto
Dwi Rejeki
Dwi S. Wibowo
Edy Lyrisacra
Effendi Danata
Eimond Esya
Eka Budianta
Eko Hendri Saiful
Eko Nuryono
El Sahra Mahendra
Ellie R. Noer
Elly Trisnawati
Emha Ainun Nadjib
Endang Supriadi
Endang Susanti Rustamadji
Eny Rose
Eppril Wulaningtyas R
Esha Tegar Putra
Esti Nuryani Kasam
Etik Widya
Evi Idawati
Evi Melyati
Evi Sefiani
Evi Sukaesih
Fadhila Ramadhona
Fahmi Faqih
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fanny Chotimah
Fatah Anshori
Fatah Yasin Noor
Fati Soewandi
Fatimah Wahyu Sundari
Fauzi Absal
Felix K. Nesi
Fikri MS
Fina Sato
Firman Wally
Fitrah Anugerah
Frischa Aswarini
Gampang Prawoto
Ghaffur Al-Faqqih
Gita Nuari
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Gunawan Maryanto
Gunoto Saparie
Gus tf Sakai
Halimi Zuhdy
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hari Leo
Haris del Hakim
Hasan Al Banna
Hasan Aspahani
Hasta Indriyana
Helga Worotitjan
Heri Latief
Heri Listianto
Heri Maja Kelana
Herlinatiens
Hudan Hidayat
Hudan Nur
Ibnu Wahyudi
Ikarisma Kusmalina
Ike Ayuwandari
Ilenk Rembulan
Imam S Arizal
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Iman Budi Santoso
Imron Tohari
Indah Darmastuti
Indiar Manggara
Indra Tjahyadi
Indrian Koto
Isbedy Stiawan ZS
Iwan Gunadi
Javed Paul Syatha
Jibna Sudiryo
Johan Khoirul Zaman
Johannes Sugianto
Joko Pinurbo
Joko Saputro
Jufri Zaituna
Jusuf AN
Kadek Wara Urwasi
Kadjie Bitheng MM
Kartika Kusworatri
Kedung Darma Romansha
Kika Syafii
Kirana Kejora
Kirdjomuljo
Kurnia Effendi
Kurniawan Junaedhie
Kurniawan Yunianto
Kusprihyanto Namma
Kuswaidi Syafi’ie
L.K. Ara
Lailatul Muniroh
Landung Rusyanto Simatupang
Lela Siti Nurlaila
Liestyo Ambarwati Khohar
Lina Kelana
Linda Sarmili
Linus Suryadi AG
Liza Wahyuninto
Lubis Grafura
Lutfi Mardiansyah
M. Badrus Alwi
M. Faizi
Maghfur Munif
Maghie Oktavia
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Maman S. Mahayana
Maqhia Nisima
Marcellus Nur Basah
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Mario F. Lawi
Marwanto
Mas Marco Kartodikromo
Mashuri
Mathori A. Elwa
Matroni el-Moezany
Maya Mustika K.
Mega Vristian
Miftahul Abrori
Mohammad Yamin
Muhammad Ali Fakih
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muntamah Cendani
Mustiar AR
Mustofa W Hasyim
Mutia Sukma
Nadjib Kartapati Z
Nanang Suryadi
Nezar Patria
Ni Made Purnama Sari
Ni Made Purnamasari
Ni Putu Destriani Devi
Noor Sam
Nunung S. Sutrisno
Nur Iswantara
Nur Lodzi Hady
Nur Wahida Idris
Nurel Javissyarqi
Nurul Komariyah
Nyoman Tusthi Eddy
Nyoman Wirata
Pariyo Adi
Pringadi AS
Pringgo HR
Puisi-Puisi Indonesia
Purwadmadi Admadipurwa
Puspita Rose
Putri Sarinande
R. Toto Sugiharto
Rachmat Djoko Pradopo
Raedu Basha
Ragil Suwarno Pragolapati
Rakai Lukman
Rama Prabu
Ramadhan KH
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Ribut Wijoto
Rikard Diku
Robin Al Kautsar
Rozi Kembara
Rudi Hartono
Rusydi Zamzami
S Yoga
Sahaya Santayana
Saiful Bakri
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Selendang Sulaiman
Seli Desmiarti
Sigit Sugito
Sihar Ramses Simatupang
Siska Afriani
Sitok Srengenge
Sitor Situmorang
Slamet Rahardjo Rais
Slamet Widodo
Sosiawan Leak
Sreismitha Wungkul
Sri Harjanto Sahid
Sri Jayantini
Sri Setya Rahayu
Sri Wintala Achmad
Suci Ayu Latifah
Sumargono SN
Suminto A. Sayuti
Sunardi KS
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryanto Sastroatmodjo
Sutirman Eka Ardhana
Syifa Aulia
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Triaton
Tengsoe Tjahjono
Tharie Rietha
Thowaf Zuharon
Timur Sinar Suprabana
Tita Maria Kanita
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
TS Pinang
Ulfatin Ch
Umbu landu Paranggi
Unieq Awien
Usman Arrumy
W. Haryanto
W. Herlya Winna
W.S. Rendra
Wahyu Hidayat
Wahyu Subuh
Warih Wisatsana
Wayan Sunarta
Weni Suryandari
Widi Astuti
Wiji Thukul
Winarni R.
Y. Wibowo
Yonathan Rahardjo
Yosi M Giri
Yudhi Herwibowo
Yudhiono Aprianto
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Yuswan Taufiq
Yuswinardi
Zaenal Faudin
Zainal Arifin Thoha
Zamroni Allief Billah
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zen Hae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar