Kamis, 10 November 2011

Puisi-Puisi Hudan Hidayat

Republika, 26 Sep 1999
 
Akulah yang Kau Panggil Malam itu
 
Akulah yang kau panggil malam itu, ketika hujan menderu?
Memang kulihat kau di sana, dengan payung di tangan.
Tapi apa yang di tangan kananmu?
Anak kita?
aku tak percaya:
Bukankah ia telah mati, pagi tadi?
 
 
 
Apa yang Akan Kau Katakan tentang Mereka yang Mati Kemarin Malam
 
Apa yang akan kau katakan tentang mereka yang mati kemarin malam?Tolol? Sia-sia? Atau kasihan keluarganya?Jangan begitu, kawan.Bukankah mereka mati berjuang?Bukankah mati adalah resiko perjuangan?
 
Memang banyak resiko lain.
Misalnya mereka yang dikucilkan atau yang bekerja di ladang-ladang.
Tapi bagi yang memilih mati, ketimbang menyerah, haruslah dihormati.
 
Sebab itu hak.
Itu pilihan.
Dan tak semua orang berani mengambilnya.
Hanya mereka yang terpilih…
 
Kaum romantik cenderung bermain-main dengan kata dan perasaan mereka.
Bukan berarti mereka tidak berbuat.
Mereka berbuat tapi tidak pernah merubah keadaan.
Atau setidaknya, keadaan akan berubah dalam waktu yang sangat lama.
Sedemikian lama sehingga banyak orang tidak sabar.
Mereka tidak kuat lagi menunggu.
Dan yang tidak kuat lagi menunggu itu adalah anak-anak muda,
yang mati dan sendiri kemarin malam itu.
 
Mayat anak-anak muda yang mati dan sendiri kemarin malam itu,
ditemukan oleh pemulung yang sedang mengais-ngais rejeki,
walau miskin, pemulung ini masih memiliki hati nurani.
 
Dipanggilnya kawan-kawannya
untuk menguburkan mayat-mayat dengan luka yang dalam itu dengan layak.
 
Apa yang akan kau katakan tentang mereka yang mati kemarin malam?
Tolol? Sia-sia?
Tidak!
Mereka pergi dengan gembira.
 
Mereka pergi dengan kebanggaan terselip di dadanya.
Sementara kita yang tinggal sibuk berhitung dengan diri sendiri:
apakah saya berani?
apakah saya berani?
 
 
 
Maafkan Anakmu, Ibu
 
Kampung dunia kampung akhirat datang padaku silih berganti
aku ingin memilih salah satunya
maka kudekap dunia
”Dapat!” kataku
tapi ia berkelit menyeringai seperti anjing
Aku jadi takut
ingin kembali
tapi ke mana jalan asalku tadi?
 
Aku mungkin dari Timur
maka aku ke timur
tapi Timur menjauh
Mungkin kau dari barat
aku pun ke Barat
tapi di sana aku tak lihat apa-apa
hanya gumpalan daging tanpa jiwa
seperti anjing yang mati pagi tadi
Saat itu aku butuh ibu
tapi malu karena dulu pernah berkata:
tak butuh siapa-siapa
 
”Oh begitu rupanya!”
 
bisik ibu sambil senyum, sedih
 
”Tapi aku kan ibumu walau bagaimana kita pernah bersama.”
”Tidak!” kataku
”Mengapa?”
”Dulu mungkin tapi kini aku ingin sendiri mereguk dunia sepuasnya.”
 
Maka sore itu menjelang malam aku terkapar di trotoar sambil berbisik:
maafkan anakmu, ibu.
 
 
 
Maafkan Ayah, yang Tak Dapat Membelikanmu Susu, Anakku
 
Maafkan ayah yang tak dapat membelikanmu susu,
anakku kau tahu kan,
kita tak ada uang
Tadi ayah ke tuan Hasan dan tuan Hasan berkata:
 
uang tak ada
perusahaan rugi melulukalian sih, tiada capai demonstrasi
Maafkan ayah yang tak dapat membelikanmu susu,
anakku karena barang-barang telah terjualhanya foto ibumu yang sisa
dan bila itu kita jual pula,
ke mana kita memandang,
bila datang sepi?
 
Dan sepi memang datang malam ini
Maka lihatlah:
seorang lelaki dewasa,
dengan anaknya,
bergumam lirih:
 
mama, mengapa tinggalkan kami.
 
 
 
Mati adalah Istirahat yang Panjang
 
Mati adalah istirahat yang panjang
suatu hari entah di mana kita kan mengalami
 
Seorang lelaki tua datang
janggutnya putih dan abu-abu
matanya tajam menembus kalbu
bibirnya tiada senyum tanpa bicara,
misalnya: sudah siap?
tapi langsung mencabut
macam pencuri mencabut ubi di halaman tetangga
dan kau tak sempat berkata:
tolong…tidak!
bahkan kau tak sempat berpikir akan hal-hal lain
 
Mati adalah istirahat yang panjang
tiba-tiba kau ada di alam sana
 
Man Robbuka,
katanya Apa?
Man tetangga saya?
 
Dia sih telah mati pagi tadi
Tapi tentu itu hanya khayalmu
Sebab lihatlah:
otak mata lidah tangan dan kakimu telah bicara tanpa terduga
 
Man Robbuka?
Ampun…
 
Saya tak kenal sebab kaki saya selalu ke kiri
Maka palu jatuh di atas kepala selamanya.
 
 
 
Seorang Anak Mencari Ibunya
 
Seorang anak mencari ibunya.
Ibu, kata anak itu, di mana kamu?
 
Malam berpacu.
Angin dingin.
Kabut bekuasa.
Agak berjauhan,
di balik bilik,
dengan bir di tangan,
anak ibu itu mengangkang:
Mari arungi dunia, bersama dusta.
Satu setan melayang, bersama angin.
Menjatuhkan kabar ke anak itu,
di mana gerangan sang ibu.
Anak itu beringsut.
Hatinya menyala.
Tangannya menggenggam belati.
Ia berjalan.
Ia terus berjalan.
Jalan sepi.
Sepi sendiri, memancing dalam hati.
Lalu, dengan paksa, pintu terbuka:
Wanita dan lelaki bugil itu, di puncak nafsu, mendengus takut.
Meraih selimut.
Anakku…
Ibu…
Anu, ayahmu…
Aku mengerti.
Kalem, kata anak itu,
membenamkan belati, berkali-kali.
 
 
 
Seorang Prajurit Berkata pada Pistolnya
 
Seorang prajurit berkata pada pistolnya.
”Kita jangan tembak orang lagi, tol.”
Pistol menjawab:
”Mengapa? Bukankah enak melihat mereka meregang nyawa?”
”Ya, tapi saya sudah tak yakin lagi, apa benar orang yang kita tembak itu, bersalah.”
”Mengapa jadi ragu-ragu begitu? Pilihannya dia atau kita!”
”Ya. Tapi, tak tahulah. Aku masih juga tak enak. Seperti diburu-buru.”
”Barangkali kau hanya butuh istirahat.
Barangkali kau telah terlalu banyak menarikku.
Sekarang biarkan aku menarik diriku sendiri.”
 

***

Tidak ada komentar:

A. Mustofa Bisri A'yat Khalili Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Wachid B.S. Abi N. Bayan Abidah El Khalieqy Acep Syahril Acep Zamzam Noor Adi Toha Adrian Balu AF Denar Daniar Afrizal Malna Agus Manaji Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Maltuf Syamsury Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Ala Roa Aldika Restu Pramuli Alfatihatus Sholihatunnisa Alfiyan Harfi Ali Makhmud Ali Subhan Amelia Rachman Amie Williams Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Andry Deblenk Anggie Melianna Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Aprinus Salam Ariandalu S Arieyoko Ksmb Arya Winanda As Adi Muhammad Asep Sambodja Atrap S. Munir Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Badaruddin Amir Bakdi Sumanto Bambang Darto Bambang Kempling Bambang Widiatmoko Beni Setia Beno Siang Pamungkas Bernando J. Sudjibto Bernard S. Y. Batubara Binhad Nurrohmat Budhi Setyawan Budi Palopo Bustan Basir Maras Chairul Abhsar Chavchay Saifullah Cut Nanda A. D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Afriady Dadang Ari Murtono Daisy Priyanti Daysi Priyanti Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Desti Fatin Fauziyyah Dewi Kartika Dharmadi Diah Budiana Diah Hadaning Dian Hartati Didik Komaidi Dimas Arika Mihardja Djoko Saryono Dody Kristianto Dorothea Rosa Herliany Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Edy Lyrisacra Effendi Danata Eimond Esya Eka Budianta Eko Hendri Saiful Eko Nuryono El Sahra Mahendra Ellie R. Noer Elly Trisnawati Emha Ainun Nadjib Endang Supriadi Endang Susanti Rustamadji Eny Rose Eppril Wulaningtyas R Esha Tegar Putra Esti Nuryani Kasam Etik Widya Evi Idawati Evi Melyati Evi Sefiani Evi Sukaesih Fadhila Ramadhona Fahmi Faqih Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fatimah Wahyu Sundari Fauzi Absal Felix K. Nesi Fikri MS Fina Sato Firman Wally Fitrah Anugerah Frischa Aswarini Gampang Prawoto Ghaffur Al-Faqqih Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Gunawan Maryanto Gunoto Saparie Gus tf Sakai Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hari Leo Haris del Hakim Hasan Al Banna Hasan Aspahani Hasta Indriyana Helga Worotitjan Heri Latief Heri Listianto Heri Maja Kelana Herlinatiens Hudan Hidayat Hudan Nur Ibnu Wahyudi Ikarisma Kusmalina Ike Ayuwandari Ilenk Rembulan Imam S Arizal Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Budi Santoso Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indrian Koto Isbedy Stiawan ZS Iwan Gunadi Javed Paul Syatha Jibna Sudiryo Johan Khoirul Zaman Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Saputro Jufri Zaituna Jusuf AN Kadek Wara Urwasi Kadjie Bitheng MM Kartika Kusworatri Kedung Darma Romansha Kika Syafii Kirana Kejora Kirdjomuljo Kurnia Effendi Kurniawan Junaedhie Kurniawan Yunianto Kusprihyanto Namma Kuswaidi Syafi’ie L.K. Ara Lailatul Muniroh Landung Rusyanto Simatupang Lela Siti Nurlaila Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Linus Suryadi AG Liza Wahyuninto Lubis Grafura Lutfi Mardiansyah M. Badrus Alwi M. Faizi Maghfur Munif Maghie Oktavia Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maman S. Mahayana Maqhia Nisima Marcellus Nur Basah Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marwanto Mas Marco Kartodikromo Mashuri Mathori A. Elwa Matroni el-Moezany Maya Mustika K. Mega Vristian Miftahul Abrori Mohammad Yamin Muhammad Ali Fakih Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muntamah Cendani Mustiar AR Mustofa W Hasyim Mutia Sukma Nadjib Kartapati Z Nanang Suryadi Nezar Patria Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Noor Sam Nunung S. Sutrisno Nur Iswantara Nur Lodzi Hady Nur Wahida Idris Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Pariyo Adi Pringadi AS Pringgo HR Puisi-Puisi Indonesia Purwadmadi Admadipurwa Puspita Rose Putri Sarinande R. Toto Sugiharto Rachmat Djoko Pradopo Raedu Basha Ragil Suwarno Pragolapati Rakai Lukman Rama Prabu Ramadhan KH Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Ribut Wijoto Rikard Diku Robin Al Kautsar Rozi Kembara Rudi Hartono Rusydi Zamzami S Yoga Sahaya Santayana Saiful Bakri Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Selendang Sulaiman Seli Desmiarti Sigit Sugito Sihar Ramses Simatupang Siska Afriani Sitok Srengenge Sitor Situmorang Slamet Rahardjo Rais Slamet Widodo Sosiawan Leak Sreismitha Wungkul Sri Harjanto Sahid Sri Jayantini Sri Setya Rahayu Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sumargono SN Suminto A. Sayuti Sunardi KS Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Sutirman Eka Ardhana Syifa Aulia Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Ranusastra Asmara Teguh Triaton Tengsoe Tjahjono Tharie Rietha Thowaf Zuharon Timur Sinar Suprabana Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto TS Pinang Ulfatin Ch Umbu landu Paranggi Unieq Awien Usman Arrumy W. Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Hidayat Wahyu Subuh Warih Wisatsana Wayan Sunarta Weni Suryandari Widi Astuti Wiji Thukul Winarni R. Y. Wibowo Yonathan Rahardjo Yosi M Giri Yudhi Herwibowo Yudhiono Aprianto Yurnaldi Yusri Fajar Yusuf Suharto Yuswan Taufiq Yuswinardi Zaenal Faudin Zainal Arifin Thoha Zamroni Allief Billah Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae