Minggu, 27 Juni 2010

Puisi-Puisi Sigit Sugito

SAWAH, SEBUAH SKETSA
 
Aneh, sawah kini tidak lagi ramah
banyak satwa pergi, enggan bercanda seperti dahulu lagi
atau berangkali udara sudah begitu kental berpolusi
dan bau lumut tidak lagi amis, warna air coklat tua
ungu-biru mengkilat tercemar bahan kimia
Ketika pagi hari sawah basah
menebas mimpi Pak Tani, yang segera beranjak
menghafal rumus-rumus kimia
ketika dia dahulu kursus pertanian di Balai Desa
 
Seratus keringat mengucur dari tubuh Pak Tani
di antara zat pupuk Urea yang sakti mengurai tanahnya
burung bangau tidak lagi memakan katak, tidak enak rasanya
tikus, ular dan belut enggan lagi bersarang, panas lumpurnya
 
Seribu keringat mengucur dari tubuh Pak Tani
di antara zat insektisida yang membungkus batang padi
belalang terkapar mati sia-sia
ulat dan serangga tidak lagi punya tempat
karena batang padi gemuk sudah penuh racun mengancam
Kini, serombongan burung pipit datang menyerbu sawah
Pak Tani, dalam satu nada maju perang
menggerayah bulir-bulir pada Pak Tani
 
Sejuta keringan mengucur dari dahi Pak Tani
di antara sisa-siasa mimpinya kemarin
dia membuat rumus-rumusan kimia untuk melenyapkan
burung pipit yang semakin hari semakin tidak peduli
Burung pipit kini telah menjadi bisu dan tuli
Ketika sore tiba istri Pak Tani datang mengganti berjaga
sambil membawa sepucuk sarat dari Balai Desa
yang isinya: sepetak tanahnya terkena projek
jalan lingkar Yogyakarta lintas selatan
 
Maka semilyar keringat mengucur dari dahi Pak Tani
kemenangannya kini sia-sia, tidak berarti lagi
 
Bangunharja, akhir Desember 1988
 
 
 
SAJAK KOTAK CERMIN
 
Kotak kertas-kertas kotak. Besi kotak-kotak besi
Kotak kardus-kardus kotak. Kotak kayu-kayu kotak
Rumah kotak-kotak rumah. kotak rumus-rumus kotak
Bangun kotak-kotak bangun. Kotak otak-otak kotak
Kota telah menjangkiti semua sendi kehidupan
Kotak menghantui semua manusia, menyebar
dengan segala merk-dagang, kotak menjadi sampah
peradaban. Kotak adalah dunia yang terkotak
Kotak adalah dunia yang mengotak-kotak manusia
Kotak adalah aturan-aturan yang membatasi manusia
menjadi kecil, kotak adalah mata-mata yang terletak
di mana-mana. Di kampung. Di sudut kota. Di warung-warung
Di kantor-kantor. Kotak terkemas sangat rapi, disegel
dan didistribusikan dengan iklan yang penuh pesona
Kotak-kotak ialah perangkap raksasa yang diproduksi
oleh pabrik-pabrik raksasa, sebagai simbol modernitas
dan stabilitas. Kotak adalah penjara. Yang menggulung
apa saja dan siapa saja. Pikiran. Gerakan. Kemerdekaan
Kotak membuat manusia tidak mampu lagi berbuat apa-apa
Kotak membuat para mahasiswa memasuki sebuah
gua-intelektualitas yang asing bagi masyarakatnya
Kotak membuat para pemuda menjebak dirinya
menjadi pernik-pernik laborat ilmu sosial
Kotak mampu mengubah muka-muka manis
jadi menyeringai dengan kedua siung-siungnya
Kotak mampu mengubah warna-warni. Mengubah bendera
Mengubah baju. Mengubah segala atribut di belakangnya
Kotak adalah sebuah pilihan yang beraneka
yang membuat manusia saling hantam, saling bunuh
atas tahta kemanusiaan, demi keadilan
demi pemerataan
demi pembangunan
Dan manusia-manusia lapar, marah mengamuk
melihat kotak cermin di muka, sudah berbeda
dengan wujudnya, berbeda dengan otaknya
berbeda dengan gerakannya, berbeda dengan pikirannya
Kotak adalah penjara
yang terekam rapi
penuh teka-tek
 
Bantul, 28 Oktober 1988
 
 
 
KETIKA DATANG SIANG
JEMPUTLAH DI PERSIMPANGAN
AKU INGIN PULANG
Untuk Ragil Suwarna Pragolapati
 
Ketika datang malam
aku memburu bulan dan bintang-bintang
yang selalu berlari meninggalkan matahari
menjaring misteri. Hidup memang suatu perburuan
siang-malam, bertikai dan bertengkar
kejujuran sulit ditawar, hidup adalah sebuah perlawanan
di mana salah, di mana benar, saling berpacu terdepan
Maka Ibu tiap hari selalu mengajariku
menyedu madu bercampur empedu dan dia bertutur
“Ini yang membuat keringat wangi, menjadi suara hati.”
Tetapi aku berkata, “Hidup harus selalu menang
Jika tidak, manusia akan memperkarakan!”
Lalu keringat Ibu pun keluar dari pori-porinya renta
tetes airmata melesat dari keteduhan matanya
yang bertahun-tahun ditempa perihnya sebuah perjuangan
Namun Ibu begitu perkasa, tulus menyembunyikan
rembulan dan matahari di hatinya
dan bersekutu dalam nalurinya
Ketika adzan Shubuh berkumandang
apakah yang bisa kulakukan, selain aku menginsyafi diri
sungguh lama diriku diperbudak berhala-berhala
akau menjadi kecil, kelewat kerdil, dan sia-sia
Lalu terdengar suara Ibu mengucap kalimat-kalimat
panjang, dalam doa dan iqstifar tiada putus-putus
bersama Malaikat-Malaikat berdzikir tidak pernah henti
Maka ketika datang siang
jemputlah aku di persimpangan
Aku mau pulang!
 
Permenungan Jumat Kliwon
22-23 Desember 1988

http://sastra-indonesia.com/2010/04/puisi-puisi-sigit-sugito/

Tidak ada komentar:

A. Mustofa Bisri A'yat Khalili Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Wachid B.S. Abi N. Bayan Abidah El Khalieqy Acep Syahril Acep Zamzam Noor Adi Toha Adrian Balu AF Denar Daniar Afrizal Malna Agus Manaji Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Maltuf Syamsury Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Ala Roa Aldika Restu Pramuli Alfatihatus Sholihatunnisa Alfiyan Harfi Ali Makhmud Ali Subhan Amelia Rachman Amie Williams Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Andry Deblenk Anggie Melianna Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Aprinus Salam Ariandalu S Arieyoko Ksmb Arya Winanda As Adi Muhammad Asep Sambodja Atrap S. Munir Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Badaruddin Amir Bakdi Sumanto Bambang Darto Bambang Kempling Bambang Widiatmoko Beni Setia Beno Siang Pamungkas Bernando J. Sudjibto Bernard S. Y. Batubara Binhad Nurrohmat Budhi Setyawan Budi Palopo Bustan Basir Maras Chairul Abhsar Chavchay Saifullah Cut Nanda A. D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Afriady Dadang Ari Murtono Daisy Priyanti Daysi Priyanti Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Desti Fatin Fauziyyah Dewi Kartika Dharmadi Diah Budiana Diah Hadaning Dian Hartati Didik Komaidi Dimas Arika Mihardja Djoko Saryono Dody Kristianto Dorothea Rosa Herliany Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Edy Lyrisacra Effendi Danata Eimond Esya Eka Budianta Eko Hendri Saiful Eko Nuryono El Sahra Mahendra Ellie R. Noer Elly Trisnawati Emha Ainun Nadjib Endang Supriadi Endang Susanti Rustamadji Eny Rose Eppril Wulaningtyas R Esha Tegar Putra Esti Nuryani Kasam Etik Widya Evi Idawati Evi Melyati Evi Sefiani Evi Sukaesih Fadhila Ramadhona Fahmi Faqih Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fatimah Wahyu Sundari Fauzi Absal Felix K. Nesi Fikri MS Fina Sato Firman Wally Fitrah Anugerah Frischa Aswarini Gampang Prawoto Ghaffur Al-Faqqih Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Gunawan Maryanto Gunoto Saparie Gus tf Sakai Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hari Leo Haris del Hakim Hasan Al Banna Hasan Aspahani Hasta Indriyana Helga Worotitjan Heri Latief Heri Listianto Heri Maja Kelana Herlinatiens Hudan Hidayat Hudan Nur Ibnu Wahyudi Ikarisma Kusmalina Ike Ayuwandari Ilenk Rembulan Imam S Arizal Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Budi Santoso Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indrian Koto Isbedy Stiawan ZS Iwan Gunadi Javed Paul Syatha Jibna Sudiryo Johan Khoirul Zaman Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Saputro Jufri Zaituna Jusuf AN Kadek Wara Urwasi Kadjie Bitheng MM Kartika Kusworatri Kedung Darma Romansha Kika Syafii Kirana Kejora Kirdjomuljo Kurnia Effendi Kurniawan Junaedhie Kurniawan Yunianto Kusprihyanto Namma Kuswaidi Syafi’ie L.K. Ara Lailatul Muniroh Landung Rusyanto Simatupang Lela Siti Nurlaila Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Linus Suryadi AG Liza Wahyuninto Lubis Grafura Lutfi Mardiansyah M. Badrus Alwi M. Faizi Maghfur Munif Maghie Oktavia Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maman S. Mahayana Maqhia Nisima Marcellus Nur Basah Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marwanto Mas Marco Kartodikromo Mashuri Mathori A. Elwa Matroni el-Moezany Maya Mustika K. Mega Vristian Miftahul Abrori Mohammad Yamin Muhammad Ali Fakih Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muntamah Cendani Mustiar AR Mustofa W Hasyim Mutia Sukma Nadjib Kartapati Z Nanang Suryadi Nezar Patria Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Noor Sam Nunung S. Sutrisno Nur Iswantara Nur Lodzi Hady Nur Wahida Idris Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Pariyo Adi Pringadi AS Pringgo HR Puisi-Puisi Indonesia Purwadmadi Admadipurwa Puspita Rose Putri Sarinande R. Toto Sugiharto Rachmat Djoko Pradopo Raedu Basha Ragil Suwarno Pragolapati Rakai Lukman Rama Prabu Ramadhan KH Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Ribut Wijoto Rikard Diku Robin Al Kautsar Rozi Kembara Rudi Hartono Rusydi Zamzami S Yoga Sahaya Santayana Saiful Bakri Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Selendang Sulaiman Seli Desmiarti Sigit Sugito Sihar Ramses Simatupang Siska Afriani Sitok Srengenge Sitor Situmorang Slamet Rahardjo Rais Slamet Widodo Sosiawan Leak Sreismitha Wungkul Sri Harjanto Sahid Sri Jayantini Sri Setya Rahayu Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sumargono SN Suminto A. Sayuti Sunardi KS Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Sutirman Eka Ardhana Syifa Aulia Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Ranusastra Asmara Teguh Triaton Tengsoe Tjahjono Tharie Rietha Thowaf Zuharon Timur Sinar Suprabana Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto TS Pinang Ulfatin Ch Umbu landu Paranggi Unieq Awien Usman Arrumy W. Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Hidayat Wahyu Subuh Warih Wisatsana Wayan Sunarta Weni Suryandari Widi Astuti Wiji Thukul Winarni R. Y. Wibowo Yonathan Rahardjo Yosi M Giri Yudhi Herwibowo Yudhiono Aprianto Yurnaldi Yusri Fajar Yusuf Suharto Yuswan Taufiq Yuswinardi Zaenal Faudin Zainal Arifin Thoha Zamroni Allief Billah Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae