Rabu, 16 September 2009

Puisi-Puisi Eimond Esya

http://www.sastra-indonesia.com/
http://www.facebook.com/people/Eimond-Esya/1345467895
Soda

Tentang mereka yang terjepit bagai senja di antara siang mumi
dan malam mayat, bagai batas keabadian teror yang sesekali
memang bahagia
Itulah bunker alam tempat kau bisa mendengar raung kultikula
pertanda beberapa fosil tengah diserang uban dan gatal
Sedang sesungguhnya kau tak pernah mati meski sesekali

memang sedih

Pada perang kasih yang berulang-ulang dikumandangkan
Seterang suara sepanjang gema aku peringatkan,
Bahwa gema tak pernah ada karena cinta tak berdinding
dan berdiri di atas bumi yang sesekali, coba kau pikirkan:
memang piring.
Karena itulah jiwamu yang berjalan sejauh batas elips tertentu

sementara
yang kau perduli dan nikmati masih ciuman buntu

Tepatnya,
Betapa sempitnya ruang hampa
Keabadian menyewa energi seperti kasih sayang membayar tunai
hutang tak terbayar tubuh pada ruh yang selalu mengajarkan
hidung mencium makna wangi-wangian,
telinga mengukur tikungan, dan
leher agar tetap longgar meski yang menghapus haus,
akhirnya nanti

Bukan air.

E.E 2009



Aku
:Chairil

Kubingkai bayangan manismu
Duduk di limpa malam
menuliskan sajak keras
Tentang angin yang tak terbakar oleh api

Tapi
Tinggi kudengar sekarat angin
Ketika kalimat api kau kobarkan padanya
Walau siapa yang mampu membakar angin?
Kecuali seribu tahun musim dingin?

Akhirnya kau tuliskan dirimu sendiri
Pelosok sunyi antara Karawang dan Bekasi
Saat tak ada yang bergerak,
Yang kudengar hanya lenguh serak
ranting-ranting sajakmu yang kuinjak

2001



A Chant for Yuhilma

I.
Anginpun jatuh deras dan menyapu ladang
Lepas kerak tanah di mata bajak
Yang tak hendak pulang

Di sana, di sebuah ngarai yang tak kau tahu
akar-akar gulma karam
gemerisik ilalang liar
Adalah lirih sunyi yang mengejar-ngejar
Hingga ke ujung tanjung ranting

Dalam unggun belukar yang berayun-ayun
Rinduku sehelai daun kering
Tangkainya berguncang menahan angin

II
Akulah mercu yang menunggu, O Yuhilma
Namun kusaksikan kemudian
laut menggarami matahari

Sauh senja dan segala yang terang
Kilat air juga halus suar cintaku
Seketika padam dijangkar malam

Kemudian serupa perahu di bawah bulan muram
Aku kandas dan oleng
Di tampung ombang gelombang
Hanyut ke tengah kepundan kabut

Ketika itulah kuingat jurai rambutmu yang panjang
Dan Kita yang terhampar dijerat subuh kelam
Bersentuhan pinggang
Dalam segala bisikan yang jadi pelukan

III
Meski tak akan pernah kumengerti hal ini
Kikis penantian
Pantai-pantai yang mundur digempur ombak
Karang-karang yang pecah
Jiwa dan cinta yang akhirnya jadi semata
pulau kecil tempat singgah

Tapi kesana lah kulihat induk burung kembali
Membawa ke sarang sesuap harap
Bagi anak-anak mereka yang tak bersayap

Aku pun mencobanya O, Yuhilma
Terbang ke sudut langit
Hingga basah perasaanku dalam buih awan
Serupa kain yang tercelup air mata Tuhan

Namun betapa kau telah begitu jauh lepas
Mengikuti angin luas nan deras
Meninggalkan pesisir dingin
Dalam pemahaman-pemahamanku yang lincir

Akan kenangan
Akan segala cinta yang pernah kucicip

Dengan rasa gaib

E.E 1998-2003



Gonggong

Pernahkah kau dengar hujan katak, hujan daging,
Ikan-ikan segar dan gerimis serbuk batu?
Kini tatapan mendung lebih keji
Jantung matanya duri

Lihatlah ketika tangisnya menghambur
Sungai-sungai seketika mencuci maut
Luncuran liat malaikat belut
Ke pelosok celah menung bangkai

Yang koyak tak berbunyi
Tak usai usai
Seperti geming cemburu lonceng mati
Pada gonggong gembira kawanan anjing
Setiap terkais lagi nestapa,

Sepotong tulang mendung
Kembali menatap mereka.

E.E 2007



Nostalgik

Perlahan dan setenang bayangan
Kita tersipu dalam rayu
Lenganku melingkar ramping pinggangmu
menggoda rusuk mudamu hingga malu

Saat itu, kau dan aku seranum apel segar
Semu tebal rona, pendam manja tenaga
Merah senyummu, getar bibirku
melepas haus, cumbu tak putus-putus

Hulu laut hilir sungai menyambut rindu
Tapi muara, bukan hanya akhir segala yang sampai
Di sana segala yang bersatu, terbelah
ketika tajam lidah laut memisah arus yang kusut

Kau pun lenyap seperti cawan suci
Entah kemana ombak menyeret mu pergi
Hanya kukumu yang mencakar pasir
Menorehkan cacat parut, jejak cinta nan terusir

Sedang aku, lalu menemui hidup di ruang bidik
catur takdir yang licik
laju serang pion waktu, papan tempur hitam-putih
jebakan-jebakan pelik; ruang kosong

Betapa mungkin,
Semua yang kau tunggu justru masa lalu
Meski sebuah fianseto membawamu maju
Ingatlah,
Ketika matahari semakin terang,
rambutmu akan menjelma

Pirang

E.E 2006

Tidak ada komentar:

A. Mustofa Bisri A'yat Khalili Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Wachid B.S. Abi N. Bayan Abidah El Khalieqy Acep Syahril Acep Zamzam Noor Adi Toha Adrian Balu AF Denar Daniar Afrizal Malna Agus Manaji Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agus Sunarto Ahmad Fatoni Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Maltuf Syamsury Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Ala Roa Aldika Restu Pramuli Alfatihatus Sholihatunnisa Alfiyan Harfi Ali Makhmud Ali Subhan Amelia Rachman Amie Williams Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Andry Deblenk Anggie Melianna Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anna Subekti Aprinus Salam Ariandalu S Arieyoko Ksmb Arya Winanda As Adi Muhammad Asep Sambodja Atrap S. Munir Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Badaruddin Amir Bakdi Sumanto Bambang Darto Bambang Kempling Bambang Widiatmoko Beni Setia Beno Siang Pamungkas Bernando J. Sudjibto Bernard S. Y. Batubara Binhad Nurrohmat Budhi Setyawan Budi Palopo Bustan Basir Maras Chairul Abhsar Chavchay Saifullah Cut Nanda A. D. Zaini Ahmad D. Zawawi Imron Dadang Afriady Dadang Ari Murtono Daisy Priyanti Daysi Priyanti Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dedy Tri Riyadi Deni Jazuli Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Desti Fatin Fauziyyah Dewi Kartika Dharmadi Diah Budiana Diah Hadaning Dian Hartati Didik Komaidi Dimas Arika Mihardja Djoko Saryono Dody Kristianto Dorothea Rosa Herliany Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dwi S. Wibowo Edy Lyrisacra Effendi Danata Eimond Esya Eka Budianta Eko Hendri Saiful Eko Nuryono El Sahra Mahendra Ellie R. Noer Elly Trisnawati Emha Ainun Nadjib Endang Supriadi Endang Susanti Rustamadji Eny Rose Eppril Wulaningtyas R Esha Tegar Putra Esti Nuryani Kasam Etik Widya Evi Idawati Evi Melyati Evi Sefiani Evi Sukaesih Fadhila Ramadhona Fahmi Faqih Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fanny Chotimah Fatah Anshori Fatah Yasin Noor Fati Soewandi Fatimah Wahyu Sundari Fauzi Absal Felix K. Nesi Fikri MS Fina Sato Firman Wally Fitrah Anugerah Frischa Aswarini Gampang Prawoto Ghaffur Al-Faqqih Gita Nuari Gita Pratama Goenawan Mohamad Gunawan Maryanto Gunoto Saparie Gus tf Sakai Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hari Leo Haris del Hakim Hasan Al Banna Hasan Aspahani Hasta Indriyana Helga Worotitjan Heri Latief Heri Listianto Heri Maja Kelana Herlinatiens Hudan Hidayat Hudan Nur Ibnu Wahyudi Ikarisma Kusmalina Ike Ayuwandari Ilenk Rembulan Imam S Arizal Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Iman Budi Santoso Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indrian Koto Isbedy Stiawan ZS Iwan Gunadi Javed Paul Syatha Jibna Sudiryo Johan Khoirul Zaman Johannes Sugianto Joko Pinurbo Joko Saputro Jufri Zaituna Jusuf AN Kadek Wara Urwasi Kadjie Bitheng MM Kartika Kusworatri Kedung Darma Romansha Kika Syafii Kirana Kejora Kirdjomuljo Kurnia Effendi Kurniawan Junaedhie Kurniawan Yunianto Kusprihyanto Namma Kuswaidi Syafi’ie L.K. Ara Lailatul Muniroh Landung Rusyanto Simatupang Lela Siti Nurlaila Liestyo Ambarwati Khohar Lina Kelana Linda Sarmili Linus Suryadi AG Liza Wahyuninto Lubis Grafura Lutfi Mardiansyah M. Badrus Alwi M. Faizi Maghfur Munif Maghie Oktavia Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Maman S. Mahayana Maqhia Nisima Marcellus Nur Basah Mardi Luhung Marhalim Zaini Mario F. Lawi Marwanto Mas Marco Kartodikromo Mashuri Mathori A. Elwa Matroni el-Moezany Maya Mustika K. Mega Vristian Miftahul Abrori Mohammad Yamin Muhammad Ali Fakih Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muntamah Cendani Mustiar AR Mustofa W Hasyim Mutia Sukma Nadjib Kartapati Z Nanang Suryadi Nezar Patria Ni Made Purnama Sari Ni Made Purnamasari Ni Putu Destriani Devi Noor Sam Nunung S. Sutrisno Nur Iswantara Nur Lodzi Hady Nur Wahida Idris Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Pariyo Adi Pringadi AS Pringgo HR Puisi-Puisi Indonesia Purwadmadi Admadipurwa Puspita Rose Putri Sarinande R. Toto Sugiharto Rachmat Djoko Pradopo Raedu Basha Ragil Suwarno Pragolapati Rakai Lukman Rama Prabu Ramadhan KH Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Ribut Wijoto Rikard Diku Robin Al Kautsar Rozi Kembara Rudi Hartono Rusydi Zamzami S Yoga Sahaya Santayana Saiful Bakri Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Selendang Sulaiman Seli Desmiarti Sigit Sugito Sihar Ramses Simatupang Siska Afriani Sitok Srengenge Sitor Situmorang Slamet Rahardjo Rais Slamet Widodo Sosiawan Leak Sreismitha Wungkul Sri Harjanto Sahid Sri Jayantini Sri Setya Rahayu Sri Wintala Achmad Suci Ayu Latifah Sumargono SN Suminto A. Sayuti Sunardi KS Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryanto Sastroatmodjo Sutirman Eka Ardhana Syifa Aulia Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Ranusastra Asmara Teguh Triaton Tengsoe Tjahjono Tharie Rietha Thowaf Zuharon Timur Sinar Suprabana Tita Maria Kanita Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto TS Pinang Ulfatin Ch Umbu landu Paranggi Unieq Awien Usman Arrumy W. Haryanto W. Herlya Winna W.S. Rendra Wahyu Hidayat Wahyu Subuh Warih Wisatsana Wayan Sunarta Weni Suryandari Widi Astuti Wiji Thukul Winarni R. Y. Wibowo Yonathan Rahardjo Yosi M Giri Yudhi Herwibowo Yudhiono Aprianto Yurnaldi Yusri Fajar Yusuf Suharto Yuswan Taufiq Yuswinardi Zaenal Faudin Zainal Arifin Thoha Zamroni Allief Billah Zawawi Se Zehan Zareez Zen Hae